Federasi sepakbola Indonesia, PSSI, mengadakan kongres luar biasa dan kongres tahunan di ICE BSD Tangerang, Sabtu (13/01/18). Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi menyampaikan pandangannya bahwa ia menghadapi kesulitan dalam memimpin organisasi sepakbola Tanah Air.
Edy mengatakan sejak dicabutnya sanksi FIFA, sepakbola Indonesia belum menunjukkan progres yang signifikan dan masih terkurung dalam carut marut yang kerap muncul sepanjang kompetisi. Hal itu membuat Ketum PSSI itu merasakan banyak kesulitan, lebih dari apa yang dibayangkan sebelumnya.
"Sampai hari ini kita masih seperti itu, tapi kita bisa keluar dari kesulitan ini," ucapnya saat memberikan sambutan.
Edy Rahmayadi, Ketum PSSI di acara Awarding Night Liga 1 2017"Saya pikir tahun lalu sebelum saya jadi Ketua PSSI tidak mungkin kita tidak bisa. Tapi setelah satu tahun kita agak kesulitan, dan yang saya tidak tahu letak kesalahannya," sambung Edy.
Untuk itu, pada kongres luar biasa dan tahunan PSSI kali ini Ketua Umum berharap semua pihak termasuk peserta bisa bersama-sama menentukan keputusan terbaik. Hal-hal utama atau penting akan menjadi pembahasan utama.
"Kita lihat apa yang lebih penting pada keputusan kongres ini," tutup Edy Rahmayadi.
Pada kongres kali ini, PSSI mengundang 106 voter terdiri dari peserta kompetisi atau klub, Asosiasi Provinsi, Federasi Futsal Indonobesia, dan sepakbola wanita.
PSSI sendiri menggelar dua kali kongres pada kali ini. Yakni agenda kongres luar biasa yang di antaranya membahas statuta PSSI. Sedangkan untuk kongres biasa terdapat agenda seperti pengesahan agenda Kongres dan penambahan agenda baru.
Selain itu, agenda kongres juga diisi oleh laporan kegiatan dan keuangan PSSI selama 2017. Serta rencana program strategis dan kerja PSSI di tahun 2018. Pun terdapat pengesahan anggota baru, pengangkatan, peresmian, dan pemberhentian orang atau badan.