Hari-hari ini sepakbola Spanyol terus diwarnai dengan aksi rasisme. Ejekan rasis dari pemain dan penggemar, termasuk penggunaan kata kasar acap mengganggu jalannya pertandingan di Liga Spanyol. Pada pertengahan Januari lalu misalnya, dalam suatu wawancara pertandingan dengan BeIN Sports, Jefferson Lerma, gelandang Levante, menyebut jika Iago Aspas, striker Celta Vigo memanggilnya 'pemain serba hitam' selama pertandingan berlangsung.
Atas tindakan itu, Lerma lantas melaporkan kejadian itu kepada wasit. Alih-alih didengarkan, menurut pemain berkebangsaan Kolombia itu, Alvarez Izquierdo menolak pengaduannya. Izquerdo selaku wasit malah mengatakan kepada Lerma bahwa ia muak dengan keluhan para pemain.
"Saya memberi tahu wasit, tapi dia mengatakan kepada saya bahwa dia muak dengan pemain yang mengeluh kepadanya." ujar Lerma seperti dilansir Bleacher Report.
Petugas pertandingan juga tidak mencatat dugaan pelecehan rasis dalam laporan pertandingannya. Beberapa jam setelah tuduhan Lerma, Aspas merilis sebuah pernyataan di situs Celta Vigo yang mengatakan bahwa ia menolak dikatakan melecehkan Lerma. "Apa yang dikatakan di lapangan, tetap di lapangan." tulisnya.
Melihat itu, La Liga lantas meminta Federasi Sepakbola Spanyol melakukan penyelidikan atas insiden tersebut. Namun sejumlah pihak menduga, bahwa tanpa bukti, seperti kesaksian saksi atau rekaman, kemungkinan kasus itu akan menemui jalan buntu. Menurut analisis koran terbesar di Galisia, La Poz menganggap insiden itu hampir mirip dengan apa yang terjadi pada laga semifinal Liga Champions 2010/11 lalu antara Real Madrid melawan Barcelona.
Beberapa waktu setelah pertandingan itu selesai digelar, Real Madrid merilis sebuah video yang menjelaskan jika gelandang Barca, Sergio Busquets memanggil bek Madrid, Marcelo dengan sebutan "mono, mono" ("monyet, monyet").
Tak lama setelah itu, Barcelona lantas merespon tuduhan Madrid dengan mengatakan jika Busquets hanya mengatakan 'mucho morro' yang berarti 'kau punya pipi'. Atas inisden itu Sergio Busquets kemudian lolos dari sanksi setelah penyelidikan oleh UEFA. Menurut La Poz, Sergio Busquets berhasil lepas dari hukuman karena minimnya bukti yang kuat dan meyakinkan.
"Ada masalah rasisme di sepakbola Spanyol," kata Jimmy Burns, seorang penulis terkenal sekaligus jurnalis yang lahir di Madrid.
"Sebagaian dari masalahnya adalah bahwa terlepas dari semua itu retorika, kita semua menantang rasisme dan kita mematuhi peraturan UEFA. Ada iklim peraturan yang lemah yang diciptakan oleh federasi sepakbola Spanyol, oleh pihak berwenang Spanyol," tambahnya seperti dikutip dari Bleacher Report.
Kejadian rasis yang paling terekspos dalam beberapa tahun terakhir adalah saat Barcelona mengunjungi Villarreal, April 2014. Bek Barca, Dani Alves - yang sekarang bermain di PSG akan melakukan tendangan pojok, namun seketika pula seorang penggemar melempar pisang ke arahnya.
Tak hanya itu, bintang Atletico Madrid, Antoine Griezmann juga tak luput dari kasus serupa. Griezmann menciptakan kontroversi saat dia mem-posting foto dirinya di Instagram menyerupai pemain bola basket tahun 80-an.
Ketika mendapat hujatan dari warganet dia membela diri dengan mengatakan bahwa gambar itu diposkan sebagai sebuah penghormatan. "Tenanglah, saya adalah penggemar Harlem Globetrotters dan saat-saat indah. Ini adalah penghormatan." ujarnya seperti dilansir Daily Telegraph. Namun, tak lama setelah itu, Griezmann menghapus gambar itu sekaligus meminta maaf atas unggahannya tersebut.
Maraknya aksi rasis di negeri matador diduga sebagai buntut dari lemahnya Federasi Sepakbola Spanyol dalam menindak para pelaku aksi tak terpuji tersebut. Selain itu, perang terhadap rasisme di Liga Spanyol sepertinya perlu ditingkatkan agar kejadian busuk itu tidak berulang secara terus-menerus.