Bek asal Belanda yang pernah merumput di Indonesia, Kristian Adelmund menjadi perbincangan publik Indonesia karena pernyataannya kepada salah satu media online berbahasa Belanda, VICE Sport mengenai korupsi di persepakbolaan Indonesia.
"Meski keadaan semakin baik saat ini, korupsi tetap menadi masalah utama sepakbola Indonesia. Sebagai contoh, saya pernah melihat bos lawan membawa pistol ke ruang ganti wasit. Anda tak perlu heran dengan hal itu di Indonesia," ucap pemain kelahiran Rotterdam 30 tahun lalu itu.
Korupsi dan mafia di sepakbola Indonesia memang telah lama menjadi kecurigaan masyarakat, tapi pengakuan salah satu pemain asing yang pernah merumput di Indonesia kepada media asing tentu saja menarik perhatian.
Lalu, siapa Kristian Adelmund ini?
Kristian Adelmund terakhir kali merumput untuk SC Feyenoord, versi amatir dari Feyenoord Rotterdam. Berbeda dengan klub saudaranya yang bermain di Eredivisie Belanda [divisi utama], SC Feyenoord bermain untuk divisi keenam Belanda, Eerste Klasse.
Namun sebelum ia berpetualang di persepakbolaan Indonesia, Adelmund bermain untuk Capelle di divisi tiga Belanda atau kasta keempat dalam strata Liga Belanda.
Awal kariernya di Indonesia ia bergabung dengan PSIM Yogyakarta pada 2011. Ia bergabung atas undangan Lorenzo Rimkus, salah satu temannya yang membela klub yang sama.
Petualangannya di Yogyakarta tentunya bukan keputusan yang mudah. Sebab, saat itu ia menginjak usia 25 tahun, usia masa produktif seorang pesepakbola.
"Saya orang yang senang berpetualangan. Ketika tawaran datang dari Indonesia,saya pikir ini bagus sekali, saya akan pergi ke tempat yang tidak pernah saya datangi," ujarnya bercerita pengalamannya saat datang ke Indonesia seperti yang ia ceritakan kepada Panditfootball.
Dari PSIM, kemudian ia bergabung bersama klub Persepam Madura, sebelum akhirnya berlabuh di PSS Sleman, di mana ia menjuarai divisi utama pada tahun 2013.
Adelmund terakhir berseragam Persela Lamongan sebelum akhirnya kembali ke Belanda untuk mengurusi ayahnya yang sedang sakit.
"Saya masih ingat ada banyak suporter marah sama saya. Semoga mereka mengerti dan saya minta maaf, saya sangat respect pada PSIM tapi saya tak bisa bohong. Saya Cinta PSS Sleman," ujar Adelmund beberapa waktu lalu kepada Tribunnews..
Tak mudah baginya untuk meninggalkan Persela Lamongan ketika itu. Pada laga perpisahan ia bahkan sempat menitikkan air mata pada laga terakhirnya bersama Persela.
Pemain yang mengawali karirnya di akademi Feyenoord Rotterdam ini mengaku terdapat perbedaan gaya bertahan di Indonesia dan Belanda.
Di Belanda ia lebih sering diminta bermain pasif dan mempertahankan posisinya, sedangkan di Indonesia, pelatih cenderung meminta pemain bertahan memotong arah operan bola.
Baginya Indonesia sudah seperti rumah kedua. Ia mengaku telah jatuh cinta dengan Indonesia dan telah senang dengan budaya. Ia bahkan belajar secara otodidak Bahasa Indonesia.
"Saya belajar Bahasa Indonesia dari kawan-kawan setim. Saya tidak ikut sekolah atau kursus, hanya dari kawan-kawan saja. Ada beberapa kata yang agak sulit buat diucapkan," kata Adelmund.
Melalui tweet-nya 8 Januari lalu, Adelmund mengumumkan keinginannya untuk kembali merumput di Tanah Air. Persib Bandung dan PSIS Semarang menjadi dua klub yang kerap dihubung-hubungkan dengan pemain berusia 30 tahun tersebut.
Penulis: Gery Crisandy