Sosok Paul Cumming memang begitu familiar bagi pecinta sepakbola nasional. Meski belum sempat menangani klub-klub papan atas, namun Paul banyak dikenal lantaran pengalamannya membesut klub-klub tanah air sejak tahun 1980 silam.
Datang pertama kalinya membesut Persiraja Banda Aceh di kompetisi perserikatan, Paul lalu melanjutkan petualangannya ke tanah Papua mulai 1984 hingga 1988 silam. Sempat 8 tahun menetap di Lampung, Paul kembali ke Papua dan kini tinggal di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Sederet prestasi apik ditorehkannya, namun satu yang masih selalu diingatnya adalah Syaiful Indra Cahya. Paul berkontribusi besar terhadap bek kanan Arema FC itu, lantaran menemukan bakat besarnya.
"Sekarang Syaiful kembali ke Malang (sejak 2016, sebelumnya berkarier di Persija dan Sriwijaya FC). Jadi Paul ingin selalu melihatnya langsung," ujar Dwi Rahmawati Selfiati, sang istri yang selalu setia mendampinginya ketika ditemui INDOSPORT pada Selasa (30/01/18) kemarin di Stadion Kanjuruhan.
Bakat besar pemain berusia 24 tahun itu ditemukannya ketika ia melihat kejuaraan usia dini di Malang. Pada 2006, Paul mulai tinggal di Malang dengan kesibukan sebagai Pelatih tim Futsal Universitas Airlangga di Surabaya.
"Terakhir bertemu tahun lalu (Januari 2017 saat penyisihan grup Piala Presiden), Paul sampai sekarang membawa Jersey pemberian Syaiful," imbuh Fifing, disambut senyum khas Paul Cumming sambil melihat Jersey yang dipangkunya.
Tak lama berselang, Paul merengek dan meneteskan air mata pasca peluit panjang laga ketiga Grup E antara Persela Lamongan kontra PSIS Semarang. Paul ternyata ikut senang dengan Subangkit, setelah membawa PSIS mengalahkan Persela 1-0, yang juga merupakan rekan sejawatnya sejak tahun 2000-an.
"Paul ingin bertemu Coach Subangkit. Dia adalah teman lamanya saat masih aktif melatih di masa lalu," tutup Fifing.