Masalah gaji yang tertunggak tak hanya terjadi di Indonesia. Di Malaysia beberapa tim di Liga Super malaysia juga terancam akan dikenai sanksi tegas jika masalah gaji tidak dapat diselesaikan hingga 31 Maret 2018 ini. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Chief Executive Officer FMLLP selaku ketua operator Liga Malaysia yakni Kevin Ramalingam. Dia mendesak semua tim untuk tertib administrasi jika tidak ingin dihukum pengurangan poin seperti musim lalu.
"Untuk mendaftarkan tim, kami memerlukan dokumen lengkap termasuk pembayaran gaji, jika ada dokumen yang tidak lengkap, berarti ada masalah," kata Kevin dilansir dari Berita Harian.
"Kami akan menginformasikan dewan direksi (FMLLP) untuk memutuskan apakah ada tim yang gagal. Sejauh ini beberapa klub yang terlibat (tunggakan gaji) berarti punya masalah besar," tegasnya.
Sebelumnya, enam mantan pemain Kuantan FA mengklaim bahwa mereka belum menerima gaji sepeser pun dari manajemen klub itu, meskipun Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) telah memerintahkan agar bayaran mereka sebesar 145 ribu ringgit Malaysia atau sekitar Rp500 ribu dilunasi sejak 15 Januari 2018 lalu. Selain polemik Kuantan FA, ada 6 kasus tunggakan gaji lain yang sudah dilaporkan ke federasi sepakbola dunia atau FIFA dan 21 laporan kasus yang dibawa ke FAM.
Klub-klub di Liga Super Malaysia seperti Kelantan FA, Pahang FA, PKNP FC, Perak, Melaka United dan PKNS FC juga punya masalah gaji atau kompensasi pemain yang belum dibayar dan sedang menunggu putusan dari FIFA dan FAM. Sedangkan klub kasta kedua (Liga Primer Malaysia), seperti Kuantan FA, Sarawak, Penang dan Felcra FC juga memiliki masalah serupa dan berhadapan dengan FIFA dan FAM.
Dari beberapa klub-klub yang bermasalah diatas, ada yang diperkuat pesepakbola asal Indonesia. Kelantan FA yang berlaga di Liga Super Malaysia musim ini mendatangkan penyerang Indonesia yang pernah memperkuat Persib Bandung, Ferdinand Sinaga. Sedangkan David Laly, mantan punggawa Persib lainnya kini memperkuat Felcra FC yang berlaga di Liga Primer Malaysia atau kasta kedua.