'Kebangkitan Real Madrid' -- sempat menjadi tajuk utama di media setelah tim ibukota Spanyol tersebut berhasil membukukan lima kemenangan berturut-turut, termasuk kemenangan 3-1 atas Paris Saint-Germain di Santiago Bernabeu pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa. Namun, kebangkitan 'mini' ini tidak berlangsung lama.
Real Madrid kembali terjatuh ke dalam lubang kekalahan. Kali ini, diterima saat mengunjungi Espanyol di jornada ke-26 La Liga Spanyol. Hanya kalah tipis 1-0, memang, bahkan kekalahan ini bersumber dari gol di menit-menit injury time babak kedua. Tapi hal tersebut bukan alasan bagi tim sekelas Real Madrid -- di 90 menit sebelumnya, apa yang mereka lakukan?
Menurut statistik yang diambil dari Whoscored, Espanyol menciptakan lebih banyak peluang (16) dibandingkan Real Madrid (12), padahal anak-anak asuhan pelatih Zinedine Zidane memiliki mayoritas penguasaan bola, yaitu 62%.
Satu hal yang paling mencolok dari Real Madrid di pertandingan ini adalah rotasi pemain. Selain kiper Keylor Navas, sang kapten Sergio Ramos yang baru kembali merumput, Isco dan mungkin Gareth Bale, Zidane menurunkan pemain-pemain yang biasa menghangatkan bangku cadangan.
Musim lalu, Zidane menuai pujian demi pujian karena kemampuannya dalam manajemen skuat -- pelatih asal Prancis ini mampu menggunakan pemain-pemain lapis keduanya di beberapa pertandingan dan terus menghasilkan kemenangan.
Begitu banyaknya klub-klub elite yang mengincar pemain cadangan Real Madrid mengisyaratkan kualitas kedalaman skuat tim berseragam putih ini. Alvaro Morata di Chelsea, James Rodriguez di Bayern Munchen, Danilo di Manchester City adalah beberapa nama yang transfernya berhasil rampung dengan harga-harga yang tidak murah.
Berbanding terbalik, jangankan pujian, Zidane bahkan harus mengkhawatirkan datangnya pesan masuk yang berisi pemecatannya jika rencana untuk merotasi pemain terbesit di kepalanya. Pemain-pemain lapis kedua Real Madrid musim lalu yang mampu tampil sebaik tim utama, musim ini gagal mereplika performa musim lalu.
Apa yang terjadi?
Bursa Transfer dan Hilangnya Motivasi Pemain Lapis Kedua
Salah satu alasan utamanya, tentu saja, kegagalan mengganti pemain-pemain seperti Morata dan Rodriguez di bursa transfer. Di pertandingan melawan Espanyol saja, contohnya, Bale dipaksa mengisi posisi penyerang tengah. Sebab, selain Benzema, Zidane tidak memiliki striker murni yang dapat diandalkan.
Untuk alasan ini lah, saat Benzema sedang dalam rentetan performa buruk, Zidane tidak memiliki banyak pilihan selain terus memainkannya dan berharap terjadi perubahan.
Kemungkinan lain yang menyebabkan turunnya performa para pelapis ini adalah hilangnya motivasi. Para pemain cadangan ini tidak merasakan aroma persaingan yang dirasakan musim lalu.
Saat Zidane masih menjalani musim pertamanya sebagai pelatih utama musim lalu, hampir seluruh pemain tampak merasa bahwa posisi di kesebalasan utama masih terbuka lebar. Ide bahwa 'jika saya tampil baik, saya akan menjadi pemain inti' memiliki kemampuan tersendiri menjadi bahan bakar setiap pemain.
Tapi usai memenangkan trofi La Liga Spanyol dan Liga Champions Eropa, kebanyakan pemain cadangan di musim lalu, tetap harus duduk di pinggir lapangan musim ini. Harapan itu hilang, motivasi itu sirna.
Bagi pemain-pemain muda yang masih harus berkembang, menit di lapangan adalah hal paling berharga. Di kepala mereka pasti terlintas pertanyaan: "Jika saya tak bisa mendapatkannya di Real Madrid, apakah saya seharusnya mencobanya di tempat lain? Apakah ini keputusan tepat untuk karir saya?"
Real Madrid adalah sebuah klub besar, jelas salah satu yang terbesar di dunia. Untuk mendapatkan tempat di sebelas pemain utama tidak lah mudah. Tapi sudah menjadi tanggung jawab pelatih untuk selalu memotivasi pemain-pemainnya, bahkan pemain pelapis.
Jika bahkan sosok legenda klub dan sepakbola seperti Zidane tidak lagi mampu melakukannya, siapa lagi?