Ben Yedder, Si Penakluk Man United asal Komunitas Muslim Pinggiran Kota Paris
Bila kalian menganggap bahwa karier Ben Yedder menjadi seorang pesepakbola sudah mulus dari awal, kalian salah besar. Pasalnya, sejak kecil pria kelahiran 12 Agustus 1990 itu sudah terbiasa dengan perjuangan, tidak hanya di sepakbola tetapi juga kehidupan sehari-hari.
Kesulitan Ben Yedder saat masih kanak-kanak itu tidak lepas dari kondisi tempat kelahirannya di Sarcelles, Paris, Prancis.
Berjarak 16,3 km dari pusat kota Paris, Sarcelles merupakan kota pinggiran yang mayoritas penduduknya berstatus imigran. Kebanyakan imigran tersebut berasal dari negara-negara Arab dan Afrika, seperti Algeria dan Mesir.
Kondisi itu secara otomatis membuat Sarcelles menjadi salah satu daerah di Prancis yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, yang notabene agama minoritas di Prancis.
Besar di daerah yang dipenuhi kaum minoritas pun diakui oleh Ben Yedder membuatnya sempat nyaris mengubur mimpinya menjadi seorang pesepakbola.
"Harus diakui, masa kecil saya penuh dengan kesulitan. Tidak banyak orang sukses yang berasal dari Sarcelles," ujar Ben seperti dikutip dari situs resmi UEFA.
"Sebenarnya ada banyak talenta bagus di sana (Sarcelles) dan berpotensi menjadi pemain besar, tapi jarang ada pencari bakat yang datang. Kondisi itu menjadi sulit karena meskipun punya bakat, sangat sedikit yang bisa sukses," tambahnya menjelaskan.
Terlepas dari kondisi yang membuatnya mengalami banyak kesulitan, Ben Yedder tetap bersyukur bisa besar di Sarcelles. Pasalnya, ia jadi belajar menghargai yang namanya keberagaman budaya.