3 Dampak Buruk Bagi Serie A Jika Juventus Kembali Juara
Bundesliga dan Liga Italia merupakan contoh betapa membosankannya persaingan yang ada. Beda dengan Liga Inggris di mana tiga sampai empat tim memperebutkan posisi teratas bahkan hingga pekan-pekan akhir, maka di Jerman dan Italia hal itu menjadi berbeda.
Di Jerman, Munchen menjadi tim paling dominan dalam enam tahun terakhir dengan lima gelar domestik beruntunnya. Harapan sempat datang ketika Dortmund menggebrak, tetapi hal itu tak berlangsung lama. Munchen sering sekali juara dengan selisih angka yang jauh dari peringkat kedua.
Hal serupa juga terjadi di Italia. Walau lebih ketat dari Bundesliga, tetap saja ketika musim mulai memasuki seperempat jadwal terakhir, tifosi pun sudah bisa menebak siapa juaranya. Klub-klub seperti Inter, Roma, Napoli, dan Milan nyatanya masih belum bisa menandingi level Juventus. Bagi banyak penikmat bola tentunya hal ini akan membosankan dan bukan tidak mungkin mereka merasa muak dan tak bergairah menonton persaingan juara liga. Hanya perebutan slot Liga Champions, Liga Europa, dan perjuangan klub dalam menghindari degradasi saja yang bisa menyelamatkan reputasi liga.
Namun, tentu saja kita tidak bisa serta merta menyalahkan Juventus. Pesaing tradisional mereka dari kota Milan, Inter dan AC Milan, nyatanya memiliki masalah keuangan yang cukup akut untuk ukuran klub raksasa Eropa. Mereka tak bisa bersaing dengan Juventus yang memiliki neraca keuangan yang sehat. Dalam lima tahun terakhir dua tim ini tidak berani jor-joran soal transfer.
Di luar awal musim ini, rerata pembelian Milan per musim hanya $40 juta, sedangkan Inter hanya $45 juta. Bagi dua tim sebesar Inter dan Milan angka ini tentu sangat kecil. Maka jangan harap mereka "serius" untuk mengejar Juventus.
Selain itu, jangan lupakan pula faktor Financial Fair Play (FFP). Pendapatan Milan dan Inter yang kecil membuat mereka (seandainya memiliki suntikan investor besar) tak bisa langsung membeli pemain melebihi pendapatan. Dengan pemasukan kecil, itu artinya pemain yang dibeli pun bukan pemain mahal.