INDOSPORT.COM - Pertandingan final Piala Dunia 2018 antara Prancis melawan Kroasia terganggu dengan aksi suporter yang masuk ke lapangan Stadion Luzhniki, Moskow, Rusia, Minggu (15/07/18).
Orang-orang tersebut diindikasikan sebagai kelompok sebagai kelompok Pussy Riot, yakni band yang kerap menyuarakan isu-isu sosial, mulai dari LGBT, Anti-Putin, tentang kediktatoran dan lain sebagainya.
Empat anggota grup punk anti-Putin Pussy Riot dijatuhi hukuman penjara 15 hari karena mengganggu jalannya final Piala Dunia dengan menerobos masuk ke lapangan.
Mereka terbukti bersalah menyalahi aturan penonton dalam event olahraga dan memakai seragam polisi secara ilegal. Selain itu, Mereka dilarang menonton acara olahraga secara langsung selama tiga tahun.
Grup punk yang berdiri pada 2011 ini mengatakan aksinya ini sebagai bentuk protes terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Rusia. Petugas lapangan dengan sigap menyeret mereka keluar lapangan.
Keempat orang tersebut tersebut terdiri dari tiga perempuan dan satu pria menerobos lapangan saat paruh kedua laga final. Insiden berlangsung sekitar kurang dari semenit dan Prancis sudah unggul 2-1 saat itu. Prancis akhirnya keluar sebagai juara dunia setelah mengalahkan Kroasia 4-2.
Kedua pemain dari kedua negara menunjukkan reaksi bertolak belakang. Kylian Mbappe terlihat santai dan bahkan seperti mengajak bercanda salah seorang penerobos perempuan. Sementara bek Kroasia, Dejan Lovren terlihat marah dan ingin mencengkram penerobos pria.
Lovren menyampaikan rasa kesalnya kepada penyusup lapangan pada laga final Piala Dunia 2018. Menurutnya, para penyusup tersebut telah merusak momentum Kroasia untuk mencetak gol ke gawang Prancis..
“Saya kehilangan kendali karena permainan jadi terganggu dan saya berharap bisa melempar orang itu dari lapangan.” kata bek Liverpool itu dilansir dari BBC.
Pussy Riot mulai mencuri perhatian saat menyanyikan lagu anti-Putin di sebuah kathedral di Moskow pada 2012 saat Putin kembali jadi presiden. Akibat aksinya ini, tiga anggotanya dipenjara.
Penahanan anggota Pussy Riot enam tahun lalu mendapat kecaman dari Pengadilan HAM Eropa (ECHR). ECHR mengecam cara otoritas Rusia menangani mereka saat interogasi.
Cristiano Ronaldo Menyapa Suporter Fanatik Juventus.