Kelemahan Uni Emirat Arab Bisa Dieksploitasi Timnas U-23
Yang perlu menjadi perhatian, Indonesia mempunyai rekor buruk melawan negara-negara Timur Tengah. Dua di antaranya dijalani saat melawan Suriah -- di mana Indonesia kalah dua kali 2-3 dan 0-1. Terakhir, Indonesia juga harus takluk melawan Palestina di penyisihan Grup A, dengan skor tipis 1-2.
Kekalahan-kekalahan ini begitu dipengaruhi oleh postur dari pemain-pemain Timur Tengah yang menjulang tinggi.
Indonesia yang biasa mengandalkan kecepatan-kecepatan dari para pemain sayap, kesulitan untuk mengantarkan umpan-umpan silang yang dihasilkan untuk menemui sasaran.
Di babak 16 besar kelak, Indonesia juga akan menghadapi tantangan yang sama. Dua bek tengah UEA: Salem Sultan Al Sharji (1,82 m) dan Ahmed Rashed Sultan Al-Mehrezi (1,81 m) memiliki tubuh yang akan menyulitkan Alberto Goncalves di udara.
Untuk menyiasati hal tersebut, Milla tetap dapat menggunakan kelebihan anak-anak asuhnya dalam kelincahan di sisi lapangan, tapi mengganti umpan-umpan silang lambung dengan umpan-umpan silang mendatar. Bola-bola mendatar akan membuat keunggulan postur UAE tidak mempengaruhi peluang untuk memenangkan bola.
Selain itu, meminta Febri Haryadi atau Irfan Jaya untuk lebih banyak melakukan tusukan-tusukan ke tengah juga dapat menjadi strategi kejutan. Di pertandingan melawan China, gol Wui Shihao (seperti di video di atas) menunjukkan bagaimana UAE begitu rapuh terhadap tusukan di kotak penalti.
Di pertandingan persahabatan melawan Malaysia pada awal Agustus lalu pun, UAE tampak tak mampu menghadapi kecepatan kedua sisi sayap Tim Harimau Muda Malaya dan pertandingan berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Malaysia.
Ikuti terus berita sepak bola Internasional dan seputar Asian Games 2018, hanya di INDOSPORT.COM.