INDOSPORT.COM - Banyak kontroversi yang mengiringi tidak adanya Luis Milla di kursi kepelatihan Timnas sepak bola Indonesia pada ajang sepak bola paling bergengsi di Asia Tenggara, Piala AFF 2018.
Banyak yang tidak setuju atas pemecatan Luis Milla, tetapi tidak sedikit juga yang setuju dan salah satu orang itu adalah Justinus Lhaksana.
Pria yang merupakan lulusan KNVB (PSSI-nya Belanda) pada tahun 2004 sekaligus cendikiawan di salah satu televisi swasta itu menggangap bahwa permainan yang dikembangkan Luis Milla tetap menggunakan cara lama.
Ketika pemain Timnas Indonesia ditekan, selalu jurus long ball dipergunakan.
Long ball seakan menjadi identitas permainan Timnas Indonesia di era Milla karena jarak antar pemain terlalu jauh sehingga opsi operan terbatas.
Hal inilah yang menjadi argumentasi seorang Justinus Lhaksana soal kelayakan Luis Milla melatih Timnas Indonesia.
“Milla tidak bermain sesuai kapasitas pemain kita. Seharusnya pelatih di Negara berkembang dengan kualitas pemain yang rendah, pelatih tidak bisa memaksa pemain ngikutin strategi pelatih, harus pelatih yang adaptasi,” ungkap Justinus Lhaksana dalam sebuah akun YouTube pribadinya.
Sebaliknya menurut mantan pelatih Timnas futsal Indonesia itu, Bima Sakti dinilai sempat membawa Timnas Indonesia bermain baik melawan Thailand di 25 menit pertama.
Itu artinya strategi yang dijalankan sudah berjalan dengan baik, masalah ada pada pemain yang tidak mampu mempertahankan konsistensi.
Lebih lanjut, permasalahan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018 kemarin ada pada komposisi pemain yang mayoritas diisi pemain muda. Padahal 4-5 pemain senior sangat dibutuhkan guna mengangkat moral tim secara keseluruhan.