INDOSPORT.COM - Dengan kondisi lapangan yang tampaknya lebih layak untuk ternak babi atau bajak sawah, dua tim sepak bola sedang beradu fisik memperebutkan bola demi kejayaan kampungnya.
Sesekali para pemain merebut bola dengan cara yang sangat kasar dengan berpegang teguh pada falsafah ‘bola boleh lewat tapi orang jangan’, itulah sepak bola tarkam.
Sebuah kompetisi sepak bola yang diselenggarakan dengan mempertemukan tim-tim yang berasal dari kampung tertentu. Tarkam sendiri merupakan kepanjangan dari antar kampung, sehingga tak heran apabila yang bermain membawa nama kampungnya masing-masing.
Normalnya sepak bola tarkam diikuti oleh mereka yang memang bukanlah profesional alias pemain yang memiliki kontrak untuk bermain di kompetisi resmi. Akan tetapi tak jarang pemain profesional juga menjajal ajang yang lebih mengutamakan kekuatan fisiknya.
Biasanya mereka mengikuti turnamen tarkam dikarenakan tidak mendapatkan tempat untuk bermain secara profesional atau ketika kompetisi yang sebenarnya tidak ada, seperti yang terjadi pada 2015. Tak bisa dipungkiri, tarkam telah menjadi ajang pelarian bagi pemain yang tidak bermain secara profesional.
Namun, tarkam mempunyai dua sisi wajah untuk sepak bola Indonesia, ada dampak postif dan negatif terhadap sepak bola Indonesia. Dua dampak itu telah berevolusi menjadi madu dan racun yang bisa membuat karier sang pemain menjadi manis lagi karena bisa berkompetisi, tetapi di sisi lain dapat membunuh pemain itu sendiri.