INDOSPORT.COM - Dalam dunia sepak bola terdapat satu posisi paling krusial di dalam tim, yakni kiper. Tugas mereka adalah semaksimal mungkin menjaga gawang dari kebobolan.
Selain itu peran kiper lainnya adalah berusaha menepis tendangan keras lawan, menangkap sundulan, membuang bola, hingga yang paling modern saat ini adalah turut membangun serangan dari bawah.
Posisinya yang berada paling belakang ketika tim sedang menyerang dan paling depan saat klubnya sedang diserang membuat kiper memiliki ciri khas tersendiri. Tak jarang sang kiper mengomeli rekannya yang teledor.
Begitu pula ketika penjaga gawang melakukan blunder yang merugikan timnya. Sehingga posisi yang begitu sunyi ini sangat istimewa dalam dunia sepak bola di dunia.
Meski begitu saat ini posisi kiper sedang begitu krisis bagi tim sepak bola nasional Persipura Jayapura. Tepatnya adalah mendapatkan atau mengorbitkan kiper asli kelahiran Papua.
Persipura Jayapura dikenal dengan gudangnya talenta sepak bola milik Papua. Sejumlah pemain binaan kerap kali dipercaya untuk mengisi skuat utama meski usianya masih belia.
Diharapkan para pemain yang memiliki bakat istimewa ini bisa menjadi tulang punggung Persipura Jayapura di masa depan. Rasanya julukan Mutiara Hitam sangat cocok untuk disematkan pada klub yang memiliki kekayaan emas ini.
Berbagai pemain kelahiran Papua mulai dari posisi bek (tengah dan sayap), gelandang (bertahan, tengah, serang), winger, hingga striker sering diorbitkan Persipura Jayapura setiap musimnya dalam mengarungi kompetisi sepak bola nasional.
Namun untuk posisi penjaga gawang, Persipura Jayapura seolah sangat kesulitan untuk mendapatkan kiper asli kelahiran Papua untuk menjaga gawang klub yang berdiri pada 1963 ini.
“Boaz bisa disebut striker lokal yang berpotensi, tapi apakah itu sudah cukup? Kami belum memiliki kiper lokal yang handal, ini ancaman ke depan,” tutur eks kiper Persipura era 80-an Dominggus Rawar, Jumat (21/01/11) lalu.
Lantas apa yang menyebabkan Persipura Jayapura mengalami krisis kiper asli Papua? Apakah posisi ini kurang digemari oleh anak-anak Papua dalam bermain sepak bola?