Mengikis Kepala Batu Maurizio Sarri Sebelum Dipecat Chelsea
Taipan asal Rusia itu dikenal sebagai sosok yang berhasil merevolusi Chelsea dengan kekuatan finansialnya sejak mengambilalih kepemilikan klub pada 2003. Di tangannya, Chelsea berhasil menjadi salah satu tim raksasa baik itu di Inggris maupun Eropa.
Salah satu strategi yang diambil Abramovich dalam membangun Chelsea adalah dengan merekrut pelatih yang dapat secara instan memberikan gelar juara. Bermula dari penunjukan Jose Mourinho pada 2004 yang membawa Porto juara Liga Champions 2003/04.
Lalu, kebiasaan Abramovich berlanjut dengan merekrut Andre Villas-Boas (mengantar Porto juara Liga Europa), Carlo Ancelotti (membawa AC Milan juara Liga Champions dua kali), Rafael Benitez (juara Liga Champions bersama Liverpool), dan Antonio Conte (juara Serie A dengan Juventus).
Dari kebiasaan itu, dapat ditarik kesimpulan jika Abramovich selalu mempercayakan kursi kepelatihan Chelsea kepada sosok berpengalaman yang sudah pernah menjadi juara. Akan tetapi, di pertengahan tahun 2018, terjadi suatu anomali.
Bak petir di siang bolong, tiba-tiba Abramovich meminta Maurizio Sarri untuk menjadi pelatih Chelsea. Padahal, di klub sebelumnya baik itu Empoli atau Napoli, Sarri tidak pernah menjuarai ajang sepak bola apapun.
Sarri sendiri sejatinya merupakan pelatih yang berpotensi untuk meraih sukses, tetapi itu perlu waktu.
Oleh karena itu, tak mengherankan apabila Chelsea arahan Sarri dikalahkan oleh Manchester City karena memang tim ini masih dalam tahap berkembang. Hanya saja, pembantaian 0-6 dari skuat Guardiola rasanya masih sulit diterima oleh para pendukung.
Pertanyaannya sekarang adalah sampai sejauh mana Abramovich sabar dengan perkembangan timnya di bawah arahan Sarri?
Tapi, sebelum palu pemecatan yang mungkin akan diketuk itu menjadi kenyataan, sebenarnya apa dosa Sarri sehingga Chelsea bisa sampai ‘dihina’ oleh skuat Guardiola?