INDOSPORT.COM - Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, kembali melontarkan kritikan pedas untuk PSSI. Pria yang kerap disapa Bung Towel ini menganggap PSSI sangat pasif dalam memberantas praktik match fixing.
Towel justru melihat Satgas Anti Mafia Bola yang bergerak lincah memerangi kasus ini, sementara PSSI hanya melempar solusi yang terkesan formalitas belaka berupa Kongres Luar Biasa (KLB).
"Kongres Luar Biasa (KLB) memang penting, tapi jangan lupa bahwa keputusan final terkait kompetisi dan hasil kompetisi musim lalu juga sangat penting," ujar Towel.
"Ketika kompetisi tercemar match fixing, produknya terkena imbas dan diragukan. Di sinilah peran dan tanggung jawab PSSI untuk mengambil keputusan final demi kesinambungan dan kejelasan kompetisi musim depan," cetusnya.
Status klub juara, promosi, dan degradasi harus ditegaskan oleh PSSI. Tentunya setelah melalui proses pengusutan, dan pemeriksaan yang seksama. Sayangnya, tidak ada tanda-tanda PSSI melakukan ini.
"PSSI bisa dibilang pasif. Yang aktif justru Satgas. Sudah 15 tersangka kasus match fixing ditetapkan, termasuk plt. Ketum PSSI, Joko Driyono, adalah bukti kinerja mereka sejauh ini," kata Towel lagi.
Towel menilai praktik match Fixing di sepak bola Indonesia mirip kasus calciopoli di sepak bola Italia. Untuk itu, PSSI harus bercengkrama pada petinggi Federasi Sepak bola Italia (FIGC) yang begitu serius memerangi skandal calciopoli.
"Mengacu pada calciopoli di Italia 13 tahun lalu (2006), FIGC sigap mengambil keputusan terhadap klub-klub yang terlibat. Presiden FIGC saat itu, Franco Carraro, juga mundur karena tersangkut skandal memalukan tersebut," beber Towel.
"Bagaimana PSSI? Akankah merela mengabaikan rahasia umum ini? Berharap angin secara diam-diam menerbangkan persoalan match fixing menguap begitu saja ditelan udara polusi? Merasa cukup karena sudah menyodorkan solusi di KLB. Jika ini yang sedang berlangsung, ah Indonesia banget," tutup Towel.
Ikuti Terus Perkembangan Sepak bola Indonesia dan Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT