INDOSPORT.COM - Sanksi berat yang dialami Yuli Sumpil, seharusnya menjadi rujukan bagi suporter sepak bola lain. Bagaimana sanksi akan dialami secara berat, jika melanggar aturan yang sudah tertera pada regulasi.
Hal itu yang kemudian membuat Yuli Sumpil mendesak kepada PSSI (induk tertinggi bola Indonesia), untuk merumuskan regulasi khusus kepada suporter.
Pasalnya, selama ini belum ada aturan baku tentang tingkah laku buruk suporter secara detail, beserta kandungan sanksi jika melanggarnya.
"Sekarang, koridor (soal aturan suporter) juga harus jelas dari PSSI. Bentuk regulasi suporter itu harus seperti apa," tandas Yuli Sumpil kepada jurnalis berita sport yang menemuinya di kota Malang, Jumat (01/03/19) pagi.
Seperti pada wujud pelanggaran nyanyian rasis, ia ingin mengetahui lebih jelas perihal apa saja unsurnya. Hal itu karena nyanyian bernada rasis dan ujaran kebencian selama ini dicampuradukkan meski sama-sama bernada negatif dan mencederai sportifitas pada sepak bola.
"Ya memang harus dijelaskan lagi, seperti apa. Karena nyanyian suporter pada niatnya bukan untuk menjelekkan lawan atau pihak mana pun, tapi lebih kepada teror psikologis tim lawan," urai Julez, sapaan akrabnya.
Kendati demikian, ia tetap menjadikan sanksi yang dialaminya sebagai sebuah introspeksi diri yang sangat penting.
Atas alasan apa pun, aksinya yang melakukan provokasi dengan memasuki lapangan kala Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Liga 1 (kasta tertinggi bola Indonesia), memang tidak dibenarkan.
Terhitung sejak Oktober 2018 lalu, Julez tidak bisa memimpin Aremania di tribun timur Stadion Kanjuruhan untuk mendukung Arema berlaga di Liga 1. Namun, jeratan sanksi itu sudah dihapuskan PSSI yang menganulir keputusan Komisi Disiplin mulai 1 Maret tahun ini.
"Saya akan berusaha berubah (lebih baik lagi soal sikap). Meski tetap pada jalurnya sebagai suporter," pungkas Julez.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Indonesia Lainnya di INDOSPORT.COM