INDOSPORT.COM – Jika ada yang berat selain rindu, sabar adalah jawabnya. Pendukung klub sepak bola Indonesia Persija Jakarta, Jakmania, telah melakukannya sejak dahulu saat memperjuangkan stadion baru.
Memang, punya stadion baru bukanlah seperti kisah Roro Jonggrang yang membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam, atau seperti legenda Sangkuriang yang menendang perahu hingga menjadi gunung.
Tidak, membangun stadion tidak secepat itu. Ada liku-liku yang terus beradu dengan permasalahan hukum, finansial, dan sosial.
Keinginan untuk segera memiliki stadion tidak jarang membuat Jakmania mulai putus harapan. Merantau ke sana-ke mari lama-lama menjadi biang keladi merosotnya prestasi Macan Kemayoran.
Persija Jakarta punya harapan pada musim 2017 lalu di bawah komando juru selamat Gede Widiade. Klub yang berdiri 28 November 1928 ini dibawa kembali dekat ke Jakarta meski melipir sedikit ke Bekasi.
Pada Liga 1 2018 lalu, Persija Jakarta kembali ke Stadion Gelora Bung Karno. Persija Jakarta merasakan mahkota juara dan berpesta pora di Jakarta setelah 18 tahun lamanya puasa gelar.
Harapan untuk kian berjaya semakin terasa setelah di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pembangunan stadion di kawasan taman Bersih, Manusiawi, dan Berwibawa (BMW), Sunter mulai kembali menemui titik terang.
Lika-liku pembangunannya rumit, makanya Jakmania punya pekerjaan berat untuk bersabar. Apa yang menyebabkan stadion yang mirip nama merk mobil (padahal bukan) terus bermasalah?