Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: Suporter Indonesia
Ibarat dalam hubungan mesra antara sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, pastinya pernah terjadi pasang dan surut. Langgeng tidaknya dalam sebuah hubungan sendiri akan ditentukan setia atau loyalitas kedua sejoli itu saling ‘ada’ ketika sedang senang maupun sedih.
Hubungan antara sepasang kekasih itu persis dengan apa yang terjadi antara suporter dan klub itu sendiri (dalam hal ini Timnas Indonesia di berbagai usia). Idealnya setiap kali Timnas Indonesia sedang dalam kondisi terpuruk, para suporter perlu untuk tetap mendukung atau setidaknya tidak dinyinyirin.
Faktanya, suporter Indonesia hanya ada atau dalam tanda kutip mendukung ketika Timnas juara, sedangkan ketika timnya sedang terpuruk, dukungan dan pujian itu berubah menjadi cacian, hinaan dan hujatan. Jika balik ke analogi dalam hubungan, pasti itu akan segera putus karena tak ada keseimbangan.
Ketika Timnas Indonesia U-23 menjadi juara di Piala AFF, sejumlah apresiasi diberikan kepada Garuda Muda bahkan bisa dikatakan berlebihan. Akan tetapi begitu kalah di kualifikasi, mereka langsung dijauhi oleh para suporter.
Bukti dari Timnas U-23 dijauhi oleh suporter Indonesia dapat dilihat jelas saat laga terakhir melawan Brunei pada Selasa (26/03/19) kemarin. Tampak stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam yang sering dipadati oleh ribuan suporter menjadi tak berpenghuni kala bersua dengan Brunei.
Sudah pasti itu merupakan buntut dari kekecewaan para suporter Indonesia akan hasil mengecewakan Timnas U-23 kala bertanding dengan Vietnam dan Thailand. Suporter jengkel dengan permainan Timnas Indonesia U-23 yang jadi bulan-bulanan Thailand dan Vietnam.
Akibatnya mereka jadi tidak ingin datang ke stadion untuk mendukung Timnas U-23 bertanding dengan Brunei di laga terakhir. Padahal jika memang loyal sebagai suporter, ada baiknya untuk tetap ada di stadion mendukung hingga akhir.
Kekecewaan Greg Nwokolo
Salah satu pelaku di dunia sepak bola yang tidak tahan dengan fenomena para suporter yang hanya ada pada saat menang tetapi menjauh ketika kalah adalah Greg Nwokolo. Dalam unggahannya di akun Instagram pribadinya, ia mengeluarkan unek-uneknya.
“Ketika kamu menang, mereka memujimu sedangkan ketika kamu kalah seakan memberikan kekuatan pada pembenci untuk berbicara dan menjatuhkan mentalmu,” tulis Greg Nwokolo.
Greg Nwokolo yang sempat bermain di luar negeri bahkan sampai membandingkan atmosfer sepak bola nasional dengan Thailand. Baginya di Thailand, para suporternya tetap loyal meski tim sedang main jelek, sedangkan di Indonesia selalu ada hujatan menanti ketika alami kekalahan.
Firza Andika Ngamuk
Tak hanya Greg Nwokolo, salah satu penggawa Timnas Indonesia U-23 juga ternyata ikut panas dengan kondisi tersebut yaitu Firza Andika. Bek kiri Timnas Indonesia U-23 itu bahkan sampai ‘ngamuk’ ke salah satu netizen yang menyebut dirinya terlena dengan banyaknya bonus yang diterima usai juara AFF.
“Saya tidak pernah puas atas apa yang saya raih karena kalau puas saya akan jatuh, sombong hanya milik Allah S.W.T, dengarkan ini baik-baik ya tante haha, saya tipe orang yang tidak suka hura-hura, aduh tante saya kirim aja ya bonusnya ke rumah biar bisa diem,” balas Firza Andik di Instagram.
Curahan hati dari Firza Andika menjadi representasi bahwa Timnas U-23 gerah dihujat sana-sini meski telah menampilkan yang terbaik. Perlu diketahui jika menghujat secara berlebihan dapat mematikan karier dari seorang pesepakbola.