Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: Suporter Indonesia
Kasus yang paling anyar mengenai cacian suporter mematikan karier dari seorang pesepakbola adalah Sardar Azmoun selepas Piala Dunia 2018. Penyerang andalan Timnas Iran itu memutuskan untuk pensiun di usia 23 tahun karena merasa sangat tertekan.
Peristiwa itu bermula saat Iran tersingkir dari babak grup Piala Dunia 2018 setelah kalah saing dari Spanyol dan Portugal. Akan tetapi hujatan dari fans Iran sangat deras terutama ke media sosial Sardar Azmoun yang membuat sang ibundanya jatuh sakit karena tak tahan melihat anaknya dihina.
Sontak Sardar Azmoun yang tidak sampai hati melihat ibundanya jatuh sakit memutuskan untuk pensiun. Tetapi beruntung pelatih Iran, Carlos Queiroz bisa membujuknya kembali untuk memperkuat timnas di Piala Asia 2019.
Pengalaman Justinus Lhaksana
Tidak hanya soal mencaci yang berlebihan, sikap suporter Indonesia soal euforia tidak pada dosis yang pas saat Timnas U-23 juara juga dinilai menjadi racun membunuh perkembangan tim. Menurut pengalaman pelatih timnas futsal Indonesia, Justinus Lhaksana, euforia berlebihan bawa dampak buruk.
“Jangan diberi euforia berlebihan, itu secara psikologis sangat berpengaruh. Kalian mungkin tidak tahu, gue mengalami sendiri saat 5 tahun menjadi pelatih timnas futsal, kalau euforia berlebihan, bonus berlebihan, pasti gagal,” ungkap coach Justin dalam akun Youtube-nya.
Belajar dari Suporter Vietnam
Pada akhirnya suporter Indonesia memang perlu banyak belajar dari negara lain seperti yang pernah diungkap oleh Greg Nwokolo bahwa di Thailand tidak ada cacian yang berlebihan. Selain Thailand, sikap sportif seperti yang dilakukan oleh suporter Vietnam berikut ini patut kita tiru.
Video tersebut diambil di salah satu sudut tribun stadion My Dinh, Hanoi, ketika itu sedang berlangsung pertandingan Timnas Indonesia U-23 vs Thailand. Meski begitu pendukung Vietnam justru menunjukan jiwa ksatrianya untuk membantu Indonesia dalam memberikan dukungan ke Timnas U-23.
Mendambakan Timnas Indonesia dapat maju ke taraf yang lebih baik memang menjadi harapan semua suporter. Tetapi alangkah baiknya hal itu diawali oleh para suporter untuk lebih dewasa dalam menyikapi keberhasilan dan kegagalan timnas dengan tidak euforia dan cacian berlebihan.
Padahal suporter Timnas Indonesia sebelumnya sudah memberi contoh yang baik ketika mendukung skuat asuhan Luis Milla di Asian Games 2018. Ketika itu, para suporter tetap mendukung Timnas Indonesia U-23 hingga menit akhir ketika harus kalah dari Uni Emirat Arab di babak 16 besar.
Tidak ada cacian dan euforia berlebihan ketika Timnas bertanding saat itu. Sungguh sebuah kerinduan melihat tingkah laku suporter dapat bersikap sedewasa itu ketika ajang Asian Games 2018 yang lalu.
Mari suporter Indonesia tunjukan sikap dewasanya ketika mendukung tim sepak bola kepada khalayak dunia, niscaya Timnas akan sadar bila mereka tidak boleh tampil mengecewakan lagi, hingga gelimang prestasi akan mengalir dengan sendirinya nanti.
Terus Ikuti Perkembangan Seputar Timnas Indonesia U-23 dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM.