Evaluasi Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: PSSI
PSSI sempat melakukan perombakan pada formasi pelatih menyusul hasil buruk di Piala AFF 2018 dan juga Piala AFC U-19.
Pada dua turnamen tersebut, Indonesia babak belur. Timnas Indonesia senior asuhan Bima Sakti gagal total di AFF, sementara Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri gagal lewati hadangan Jepang.
Pada akhir Desember 2018, PSSI pun resmi menunjuk Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-22. Sementara Bima Sakti 'diturunkan' menjadi pelatih tim U-16.
Penunjukkan ini terbilang mepet mengingat skuat Timnas U-22 asuhan Indra Sjafri harus berlaga di Piala AFF U-22 pada Februari 2019.
Itu artinya, Indra hanya punya waktu efektif satu bulan untuk persiapan tim. Indra sendiri bahkan mengaku hanya ingin menjadikan Piala AFF U-22 sebagai ajang pemanasan jelang kualifikasi AFC U-23 2020.
Persiapan pun dilakukan hanya dengan melawan klub-klub lokal.
Namun, di luar dugaan Timnas keluar sebagai juara pada Piala AFF U-22 lantaran pesaing-pesaing mereka seperti Thailand dan vietnam tidak tampil dengan kekuatan penuh.
Trofi juara pun membuat persiapan kualifikasi menjadi lebih 'santai'. Alih-alih uji coba melawan tim peserta, Indonesia cuma mengagendakan satu laga uji coba, yakni lawan Bali United.
PSSI sepertinya sudah terlanjur nyaman dengan uji coba 'sederhana' melawan klub-klub lokal. Padahal, jelas kekuatan klub-klub lokal berbeda dengan peserta kualifikasi Piala Asia U-23 2020.
Jadwal 'Hura-hura'
Tim juara memang patut untuk dirayakan. Namun, publik tentunya setuju jika euforia Timnas Indonesia U-23 beberapa waktu lalu adalah berlebihan.
Bagaimana mungkin di tengah persiapan yang mepet jelang kualifikasi, skuat U-23 sempat-sempatnya diundang ke sebuah acara musik.
Padahal, undangan Presiden Joko Widodo saja sudah dianggap cukup berlebihan bagi sebagian orang.
Sanking terlenannya, Indra Sjafri dan kolega seperti lupa bahwa Thailand dan Vietnam telah memanggil belasan pemain terbaik mereka yang absen di AFF U-22 untuk main di kualifkasi Piala Asia U-23 2020.