INDOSPORT.COM - Tahun ini akan jadi tahun yang cukup sibuk bagi Timnas Indonesia senior. Selain agenda uji coba, di tahun ini Indonesia akan memulai peruntungan pada kualifikasi Piala Dunia 2022
Seperti diagendakan FIFA dan AFC, kualifikasi Piala Dunia 2020 zona Asia akan dimulai tepat pada tanggal 6 Juni 2019. Di tanggal tersebut nantinya akan digelar pertandingan leg pertama putaran pertama Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.
Memang terdengar mission impossible, tapi tetap saja ada setitik harapan liar di hati masyarakat Indonesia untuk melihat Indonesia berlaga di Piala Dunia 2022.
Masyarakat Indonesia sangat menggilai sepak bola. Tak hanya sepak bola nasional, mereka juga menggandrungi sepak bola dunia, dan Eropa pada khususnya.
Hal inilah yang membuat masyarakat berharap Indonesia bisa ada di Piala Dunia dan bergabung dengan pemain-pemain terbaik yang biasa mereka saksikan lewat televisi.
Harapan dan kepercayaan tersebut pun tak luput dibumbui dengan romantisme sejarah indah Indonesia di turnamen Piala Dunia.
Ya, pada 1938 lalu, Indonesia memang pernah berlaga di Piala Dunia. Kala itu Indonesia masih terepresentasikan sebagai Hindia-Belanda.
Hal inilah yang terus menerus dikenang dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Termasuk media-media.
Kita selalu bangga dan ingin dunia tahun bahwa Indonesia pernah jadi negara Asia pertama yang berlaga di Piala Dunia.
Spirit ini juga yang ingin diangkat dalam tiap perjuangan Indonesia di kualfiikasi mulai dari zaman Ramang hingga Evan Dimas.
Namun, apakah rasa bangga itu benar-benar tepat bagi Indonesia saat ini?
Seperti yang kita ketahui, Hindia-Belanda berbeda dengan Indonesia saat ini. Dalam kajian sejarah dan politik, memang Hindia-Belanda pernah berjaya di bumi nusantara.
Namun, patut dicatat, saat itu Indonesia masih jauh dari berdaulat. Pemerintahan Hindia-Belanda yang eksis ketika itu dipimpin oleh Ratu Belanda yang bertahta di Eropa.
Tim Hinda-Belanda yang bermain saat itu bukanlah Timnas Indonesia seperti yang kita kenal di era pascakemerdekaan.
Saat itu, walau ada sebagian orang pribumi di dalam tim, mereka tidak bermain mewakili kebanggan ibu pertiwi.
Bisa jadi tanpa pemerintahan Belanda, Indonesia tak akan pernah ada di Piala Dunia 1938. Romantisme pun tak lebih dari sekedar 'kebanggan semu'.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada perjuangan pribumi di Piala Dunia 1938, sudah saatnya kini bagi masyarakat untuk move on dan lupakan 'kejayaan' masa lalu untuk menatap masa depan.
Saat ini sepak bola Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain. Puluhan tahun berlalu, kita selalu gagal dalam kulifikasi Piala Dunia. Makin tahun, kondisinya pun semakin buruk.
Makin ke sini, rasanya semakin sulit jalan Indonesia ke turnamen empat tahunan tersebut. Maklum, di Asia Tenggara saja kita belum bisa juara.