Surat dari Masa Depan untuk Para Bakat Muda Indonesia di Luar Negeri
Jika ada yang lebih sulit dari menjadi seorang wonderkid, jawabannya ialah menjadi wonderkid Timnas Indonesia. Pemain muda Timnas Indonesia punya musuh besar bernama ketenaran.
Gelimang dukungan terkadang menjadi bumerang yang balik menyerang kelangsungan karier mereka. Tidak sedikit yang akhirnya terbuai bujuk rayu gemerlap dunia hiburan dan melupakan mimpi mereka yang sebenarnya.
Semua tentu masih ingat Syamsir Alam. Pesepak bola asal Jakarta itu disebut-sebut sebagai striker masa depan Timnas Indonesia.
Memukau bersama Timnas Indonesia U-19 di kualifikasi Piala Asia 2010 bahkan mampu mencetak gol ke gawang Hong Kong dalam tempo waktu 14 detik, Syamsir Alam justru layu sebelum mekar sebagai pesepak bola senior.
Setelah berkiprah bersama klub ternama Uruguay Penarol, klub Belgia CS Vise, dan klub Major League Soccer DC United, nama Syamsir Alam akhirnya tidak terdengar lagi.
Irvin Museng juga menjadi contoh lain dari wonderkid Indonesia yang gagal bersinar. Setelah mencuri perhatian dunia saat menjadi top skor di Danone Nations Cup 2005 serta menembus Skuat Garuda U-12 dan U-16, nama Irvin Museng lalu menghilang.
Irvin Museng bahkan tak pernah merasakan bermain untuk klub besar. Ia tercatat hanya membela klub Pro Duta FC, Medan Chiefs, dan Persiba Balikpapan.
Selain gagal fokus, pujian yang berlebihan terkadang turut melambungkan kepercayaan diri mereka. Walhasil, mereka terlalu cepat puas dan enggan berkembang lebih jauh.
Usia muda bagi seorang pesepak bola padahal merupakan masa untuk menempa pengalaman dan memperkaya pemahaman. Tak jarang, caci maki dan hujatan jahat menjadi sumber motivasi yang melipatgandakan semangat.
Terkhusus wonderkid Timnas Indonesia, surat dari masa depan ini mengajak kalian untuk tetap fokus mengejar mimpi hingga lambang Garuda benar-benar melekat di dada.