Susahnya Menjadi Seorang Wasit, Baik di Indonesia Maupun Dunia
Seperti halnya menjadi pelatih, mengejar profesi sebagai wasit juga melalui tahapan-tahapan yang tidak mudah. Waktu dan uang yang dikeluarkan juga tidak sedikit.
Untuk menjadi pelatih di Indonesia saja, seseorang yang amatir harus mengambil lisensi D terlebih dahulu atau level akar rumput. Berbeda dengan mantan pemain yang bisa langsung mengambil kursus C AFC.
Biaya yang dikeluarkan untuk kursus lisensi D kurang lebih Rp3 juta hingga Rp4,5 juta dan membutuhkan waktu kursus selama 6 hari atau minimal 30 jam pembelajaran teori dan praktik.
Kocek yang dikeluarkan juga terus bertambah banyak dan waktu yang dibutuhkan semakin lama seiring dengan sulitnya lisensi yang diikuti.
Untuk level Liga 1 dan Liga 2, pelatih Indonesia wajib menggenggam lisensi A AFC. Akan tetapi, karena kurangnya sumber daya, standar pelatih Liga 2 diturunkan menjadi B AFC.
Untuk wasit, perjalanan waktu dan nasib yang dialami juga tidak kalah berat. Mengambil contoh di Inggris, menurut FourFourTwo, kursus wasit dimulai dari FA wilayah (Asprov) yang kemudian ditugaskan di level amatir.
Setelah itu, wasit mengajukan promosi melalui level 7, 6, 5, dan 4 yang membawa mereka ke sepak bola semiprofesional.
Wasit kemudian diamati selama pertandingan dan turut mengikut ujian serta tes kesehatan yang membutuhkan pengeluaran setahun penuh di setiap level. Bayaran mereka saat itu masih 20 poundsterling (sekitar Rp380.000) per laga.
Untuk bisa benar-benar menembus liga dan memperoleh bayaran 300 poundsterling (sekitar Rp5,6 juta) per laga, wasit harus melewati wawancara di samping tes reguler yang memakan waktu tidak sedikit.