INDOSPORT.COM – Klub sepak bola Ajax Amsterdam secara mengejutkan berhasil menyingkirkan Juventus di fase perempatfinal Liga Champions 2018/19 dengan agregat 3-2, yang membuat si ‘bocah ajaib’ melanjutkan perjalanan spiritualnya.
Jauh sebelum kemenangan bersejarah Ajax Amsterdam atas Juventus di Turin pada Rabu (17/04/19) dini hari tadi, pernah ada suatu kisah luar biasa tentang sekumpulan anak muda meraih mimpinya. Tepatnya di final Liga Champions 1995 yang mempertemukan Ajax Amsterdam vs AC Milan.
Patrick Kluivert, Pahlawan Ajax Amsterdam di Final Liga Champions 1995
Di tengah malam yang dingin, seorang ibu dalam tidur lelapnya memimpikan sang putra akan menjadi pencetak gol kemenangan sebagai pemain pengganti. Paginya, sang ibu langsung memeluk putranya dan berharap mimpi semalam bakal menjadi kenyataan.
Secara ajaib, firasat dalam mimpi itu menjadi kenyataan karena sang putra yang bernama Patrick Kluivert sukses jadi pahlawan kemenangan Ajax Amsterdam atas AC Milan di final Liga Champions 1995. Masuk sebagai pemain pengganti, Kluivert mencetak gol semata wayang di menit ke-85.
Gelar juara Ajax Amsterdam saat itu sontak menjadi buah bibir karena skuatnya rata-rata berusia di kisaran 23 tahun saja. Rahasia kesuksesan Ajax Amsterdam ada pada gaya main umpan-umpan pendek nan cepat serta dipadukan pergerakan antar pemain yang sangat dinamis.
Ajax saat itu bermaterikan para pemain muda seperti Edwin Van der Sar, de Boer bersaudara (Frank dan Ronald), Clarence Seedorf, Edgar Davids, Marc Overmars hingga Patrick Kluivert. Siapa sangka, para pemain muda itu kini telah mengalami regenarasi oleh Erik ten Hag di Liga Champions 2018/19.
Perjalanan Spiritual Ajax Amsterdam di Liga Champions 2018/19
Menariknya skuat Ajax Amsterdam saat ini tidak jauh berbeda dengan 24 tahun yang lalu yaitu mayoritas berisikan anak muda. Mulai dari Andre Onana (23 tahun), Frenkie de Jong (21), Donny dan de Beek (21), Kasper Dolberg (21), hingga sang kapten, Matthijs de Ligt (19).
Bermodalkan para pemain muda, Ajax Amsterdam bermain dengan sangat gemilang di Liga Champions musim ini. Konsep permainan Ajax Amsterdam pada dasarnya kurang lebih tetap sama sejak zaman Johan Cruyff yaitu penguasaan bola yang disertai umpan-umpan pendek nan cepat.
Hasilnya, Ajax berhasil melaju ke babak grup Liga Champions usai menyingkirkan Sturm Graz, Standard Liege dan Dynamo Kyiv di babak kualifikasi. Namun lawan yang menanti Ajax tidaklah mudah di babak grup karena berisi Bayern Munchen, Benfica, dan AEK Athens.
Akan tetapi Ajax Amsterdam tetap setia pada filosofi sepak bola menyerang yang membantu mereka lolos ke babak 16 besar. Lebih luar biasa lagi, Ajax tercatat meraih 3 kemenangan dan tiga hasil seri termasuk saat jumpa raksasa Jerman, Bayern Munchen.
Bermain di babak 16 besar, Ajax Amsterdam langsung dihadang oleh Real Madrid yang langsung sukses meraih kemenangan di leg pertama dengan skor 2-1. Namun di saat banyak yang memprediksi Ajax bakal tersingkir, justru mereka sukses menang 4-1 di Bernabeu.
Juventus pun menjadi lawan yang harus dilewati oleh Ajax di babak perempatfinal. Sempat tertahan 1-1 di leg pertama, kembali Ajax Amsterdam bermain begitu menghibur di leg kedua dengan mengalahkan Juventus di Turin (2-1) sekaligus membuat Cristiano Ronaldo menangis.
“Rahasia ada di kekompakan, (Matthijs) de Ligt dan (Frenkie) de Jong, terus jarak antar pemain itu dekat jadi passing lancar sehingga jarang ada skill individu yang sia-sia. Juventus juga tidak diberi ruang terutama Cristiano Ronaldo berkat kekompakan Ajax,” ungkap pengamat sepak bola, Justinus Lhaksana kepada INDOSPORT.
Berdasarkan catatan Whoscored pun senada dengan ulasan coach Justin yaitu de Ligt berhasil menjadi man of the match dengan rating mencapai 8,1. Selain mencetak gol penentu, de Ligt memang tampil begitu disiplin di belakang dan sanggup mematikan Ronaldo.
“De Ligt merupakan pemain muda terbaik di planet ini. Kemampuan bermain bolanya sangat indah dan megah serta ia juga mencetak gol penentu kemenangan,” puji legenda Manchester United, Rio Ferdinand terhadap de Ligt, seperti yang dikutip dari kanal berita olahraga Mail Sports.
De Ligt tak ubahnya telah melakukan sebuah pekerjaan yang mirip dengan Patrick Kluivert, hanya saja memang masih jauh untuk Ajax mencapai capaian sempurna di 1995 karena mereka baru ada di semifinal. Namun setidaknya, Ajax sudah pada jalan yang benar menuju perjalanan spiritual mengulang kisah sukses di 1995.
Terus Ikuti Perkembangan Seputar Liga Champions 2018/19 dan Ajax Amsterdam di INDOSPORT.