INDOSPORT.COM – Turnamen Piala Presiden 2019 telah berakhir dengan Arema FC mengandaskan Persebaya Surabaya di partai puncak pada Jumat (12/4/19). Namun, melihat dua leg laga final tersebut, kedua tim dinilai belum bisa merasakan rivalitas yang sesungguhnya.
Bonek dan Aremania masih belum diperbolehkan datang ke laga tandang. Begitu pula dengan para pemain yang harus bersusah payah menuju tempat laga berlangsung.
Dilansir dari situs resmi Persebaya, para pemain Bajul Ijo dikabarkan harus menaiki kendaraan rantis dari Sidoarjo hingga Malang. Begitu pun saat ke Stadion Kanjuruhan, dimana pemain terjebak kemacetan panjang dan dilanda rasa ketidaknyamanan.
Menurut regulasi pertandingan, personil tim harus sampai di tempat pertandingan 90 menit sebelum kick-off. Dengan kemacetan itu, awak Persebaya terpaksa melanggar aturan karena datang melebihi batas waktu tersebut.
Tidak selesai sampai di situ, setelah laga final, para pemain Persebaya baru bisa pulang pada dini hari setelahnya pada Sabtu (12/4/19). Mereka masih menaiki kendaraan taktis sebelum berganti bus di ruas tol Pandaan.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa rasa takut akan rivalitas masih menyelimuti penyelenggaraan sepak bola nasional. Padahal, rivalitas sendiri menjadi sumber gairah dan tidak terhindarkan dalam kompetisi sepak bola mana pun.
Di sisi lain, dikutip kembali dari situs Persebaya, penikmat sepak bola nasional harus menyikapi rivalitas secara cerdas untuk merasakan kegembiraan sepak bola. Hal tersebut akan berlangsung 'damai' ketika perseteruan di dalam lapangan tidak melebar ke luar lapangan.
Ikuti Update Berita Sepak Bola Nasional Lainnya di INDOSPORT.COM