INDOSPORT.COM – Situasi politik di Indonesia pada Mei 1998 silam tengah memanas, hingga membuat keamanan negri ini terancam. Kondisi ini pun akhirnya berujung menyeramkan dan menyedihkan bagi beberapa pihak.
Hampir seluruh masyarakat turun ke jalan melakukan penjarahan, penganiayaan, hingga pelecehan. Kerusuhan itu pun di latar belakangi oleh runtuhnya ekonomi Asia 1997 silam, ditambah kritik terhadap pemerintahan orde baru yang dipimpin Presiden Soeharto.
Krisis ekonomi yang melanda bagian Asia Timur pada 1997 membawa dampak negatif kepada negara-negara ASEAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang merasakan dampak krisis paling parah.
Situasi ini juga membuat kompetisi kasta teratas sepak bola Indonesia IV tidak mendapatkan izin. Pihak keamanan pusat telah mengeluarkan keputusan untuk menghentikan sementara Liga Indonesia IV.
Mengingat, sepak bola merupakan salah satu titik rawan kerusuhan. Agar situasi tidak semakin memanas dan parah, maka pihak berwajib mengeluarkan perintah kepada PSSI untuk menghentikan sejenak kompetisi.
Berhentinya kompetisi Liga Indonesia ini membuat pecinta sepak bola tidak bisa melepaskan penat dari situasi krisis. Karena sepak bola bisa menjadi salah satu cara melupakan sejenak beban masyarakat Indonesia dari anjloknya rupiah.
Obat Penawar Krisis Mei 1998
Obat penawar krisis Mei 1998 pun akhirnya datang beberapa hari kemudian, tepatnya pada 10 Juni. Karena pada tanggal tersebut, turnamen paling bergengsi di bumi, yakni Piala Dunia 1998 hadir untuk memanjakan para penikmat si kulit bundar.
Sebagian masyarakat Indonesia setidaknya bisa menyingkirkan sejenak masalah krisis yang tengah melanda. Karena mereka bisa menikmati keindahan drama yang hadir dalam turnamen Piala Dunia 1998.
Ajang Piala Dunia edisi 1998 memang cukup berbeda bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, empat tahun lalu ketika Piala Dunia 1994, kondisi perekonomian dan keuangan Indonesia sangat bagus.
Karena nilai tukar satu dolar AS saat itu sekitar Rp2.500. Itu sebabnya cukup banyak warga negara Indonesia yang terbang ke Amerika Serikat untuk menyaksikan langsung pertandingan-pertandingan Piala Dunia 1994.
Namun adanya kerusuhan Mei empat tahun berselang, nilai rupiah turun empat sampai lima kali lipat, hingga segelanya tiba-tiba menjelma menjadi mahal. Situasi ini membuat perbedaan yang signifikan antara Piala Dunia 1994 dan 1998 bagi masyarakat Indonesia.