INDOSPORT.COM - Real Madrid akhirnya resmi mendatangkan gelandang serang Chelsea, Eden Hazard, pada musim panas ini. Bintang Timnas Belgia itu merapat ke Bernabeu dengan biaya transfer sampai 100 juta euro (senilai Rp1,6 triliun).
Bisa dibilang, ini adalah harapan yang jadi nyata bagi Madrid. Maklum, sudah dua tahun El Real dikabarkan kepincut dengan gelandang andalan The Blues tersebut.
Mendatangkan pemain selevel Hazard ke Bernabeu mungkin hal biasa bagi tim sekelas Madrid. Namun, jika kita perhatikan seksama, sejatinya ada sebuah desain besar yang tengah ingin diwujudkan Madrid dengan Hazard sebagai pusatnya.
Desain tersebut tak lain tak bukan adalah Los Galacticos Jilid III. Ya, Florentino Perez kembali siap menggelontorkan ratusan juta euro demi mengumpulkan bintang-bintang dunia.
Jika kita flashback ke hampir dua dekade lalu, Real Madrid pernah dijuluki sebagai tim dari luar galaksi (Los Galacticos).
Alasannya, tim ibu kota Spanyol itu sukses mengumpulkan pemain-pemain terbaik dunia saat itu seperti David Beckham, Zinedine Zidane, Roberto Carlos, Ronaldo, Luis Figo, dan Raul Gonzales ke dalam satu tim.
Julukkan Los Galacticos pun berlanjut ke jilid II. Beberapa tahun setelahnya, Real Madrid kembali memiliki skuat bertabur bintang yang berpusat pada megabintang dunia, Cristiano Ronaldo.
Ronaldo yang didatangkan dari Man United sukses melampaui bintang-bintang Madrid terdahulu dengan rekor-rekor gol gila dan kontribusinya dalam memberikan banyak trofi untuk El Real, termasuk tiga gelar Liga Champions beruntun.
Ronaldo bersama Luka Modric, Karim Benzema, Sergio Ramos, Raphael Varane, Marcelo, James Rodriguez, hingga Toni Kroos adalah orang-orang terbaik di posisinya.
Real Madrid Kehabisan Bensin
Namun, namanya sebuah era, pasti ada akhirnya. Begitu juga dengan Los Galacticos.
Los Galacticos Jilid II bisa dibilang berakhir dengan kepergian Cristiano Ronaldo ke Juventus pada awal musim 2018/2019 lalu.
Selepas itu, Real Madrid yang sangat ditakuti dan menjadi tim terbaik dunia tampil memalukan.
Ya, kata memalukan cukup tepat karena mereka harus menderita 12 kekalahan di LaLiga. Itu adalah jumlah terburuk dalam 45 tahun El Real di LaLiga.
Mereka finis di posisi tiga dengan hanya 68 poin. Di Liga Champions pun begitu. Setelah menjuarai trofi itu tiga musim beruntun, mereka akhirnya harus rela gagal di babak perempatfinal oleh tim kejutan Ajax.
Sebetulnya tak hanya Ronaldo yang jadi faktor berpengaruh. Kepergian sang pelatih, Zinedine Zidane, juga berkontribusi terhadap kestabilan Real Madrid.
Real Madrid yang sejatinya masih memiliki sisa bintang-bintang ternama pun ternyata masih belum cukup mampu bersaing dengan klub-klub besar Eropa lainnya.