INDOSPORT.COM - AC Milan bakal melakukan blunder jika tetap merekrut Marco Giampaolo sebagai pelatih anyar jelang bergulirnya Liga Serie A Italia musim depan, kenapa?
Kabar Marco Giampaolo melatih AC Milan di Serie A Italia 2019/20 semakin santer terdengar, bahkan dilaporkan jika pelatih Sampdoria tersebut sudah menandatangani kontrak dengan I Rossoneri.
Menurut laman berita Calciomercato.com, menyebut jika pihak AC Milan dan Giampaolo sudah sepakat dengan kontrak berdurasi dua tahun.
Kabar yang tersebar di Italia pada hari Jumat (07/06/19) dini hari tersebut juga menjelaskan seberapa besar gaji yang akan diterima oleh pelatih 51 tahun itu di San Siro.
Namun meski disebut resmi menukangi AC Milan, sejatinya jawara 18 kali Serie A itu sedikit melakukan blunder saat mendatangkan Marco Giampaolo sebagai pengganti Gennaro Gattuso, terlebih jika melihat trek rekor kedua juru latih ini.
Sebelum dikabarkan hengkang ke AC Milan, Marco Giampaolo lebih banyak menghabiskan masa kariernya dengan melatih tim papan tengah, bahkan bisa dibilang tim-tim semenjana macam FC Empoli, Cremonese, Brescia serta Cesena.
Prestasinya sebagai pelatih pun tak bisa dibilang mentereng. Saat menukangi Sampdoria mislanya. Melatih I Blucerchiati sejak musim panas 2016 lalu, Sampdoria menjadi klub paling awet dilatih oleh Giampaolo tanpa pemecatan.
Total sudah 123 pertandingan dia membimbing Sampdoria. Namun, dari 123 penampilan tersebut, statistik Giampaolo sebenarnya tak terlalu mentereng bahkan cenderung buruk.
Dia hanya menang 49 kali, imbang 26 kali dan kalah sebanyak 48 kali. Masih jauh lebih baik Gattuso yang merasa gagal dan mengundurkan diri dari AC Milan. Gattuso memimpin Milan dalam 82 pertandingan dengan catatan 40 kemenangan, 22 kali imbang dan kalah hanya 20 kali.
Selain itu Gattuso yang jam terbang melatihnya lebih sedikit ketimbang Giampaolo berhasil membawa AC Milan melangkah ke partai final Copa Italia musim 2017/18 lalu, sedangkan Sampdoria terhenti di babak 16 besar.
Tak cuma dari segi statistik kepelatihan, AC Milan dan Giampaolo juga tampaknya tidak memiliki kesamaan visi bahkan bertentangan.
AC Milan ingin menembus Liga Champions musim depan, sedangkan Giampaolo belum sekalipun membawa tim yang latih main di ajang tersebut. Parahnya lagi, Giampaolo sempat mengaku sebagai fans Inter Milan, klub yang menjadi rival abadi AC Milan.
"Saya fans Inter Milan dan mendukung mereka sejak masih kecil. Inter selalu di hati saya. Hasrat saya ada di sana, saya ingin melatih Inter suatu hari nanti. Itu akan menjadi perjalanan yang luar biasa," ucap Giampaolo kepada La Republica pada Oktober 2017 lalu.
Dengan sederet fakta tersebut, masih layakkah jika tim sebesar AC Milan dengan status pemegang trofi terbanyak Liga Champions di Italia dinakhodai oleh juru latih yang bahkan belum terbukti kapasitas dan kualitasnya di Serie A.