INDOSPORT.COM - Pemain sepak bola berdarah Indonesia, Sandy Walsh dikabarkan sepakat untuk bergabung dengan klub Shopee Liga 1 2019 (kasta tertinggi bola Indonesia), Persija Jakarta.
Salah satu pengurus Persija Jakarta, Budiman Dalimunthe, mengonfirmasi jika Sandy akan diprioritaskan dengan status sebagai pemain lokal/naturalisasi.
Tim ibu kota memang membutuhkan bek sayap guna menggantikan beberapa pemain senior yang sudah termakan usia.
"Kalau kami nyarinya yang lokal karena asing slotnya sudah full. Kami tawari dia lokal dan dia lagi proses naturalisasi tapi belum tuntas, kan sempat ketemu dengan Sekjen PSSI dan dia kalau naturalisasi lebih elok," katanya.
Menurut keterangan Budiman sendiri, Sandy Walsh tertarik untuk merasakan atmosfer di Liga 1.
"Sandi juga tidak masalah akan main di Liga 1. Dia bilang menarik atmosfernya dan dia berterima kasih kalau jadi (bergabung)," kata Budiman.
Namun, apakah keputusan Sandy Walsh ini tepat? Jika melihat rekam jejak Walsh dan usianya yang masih muda, kembali ke Tanah Air sejatinya adalah sebuah kemunduran.
Bagaikan Langit dan Bumi
Sandy yang masih berusia 24 tahun tercatat terakhir kali membela klub kasta teratas Belgia, Zulte Waregem. Bersama Zulte, ia bukan hanya numpang lewat.
Sandy merupakan pilihan utama di posisi bek kanan Zulte Waregem. Pada musim 2017/18, ia main sebanyak 34 laga dan mencetak satu gol dan dua assist.
Sementara pada musim 2018/19, ia main 33 kali dan mencetak dua gol. Bahkan, Sandy pernah merasakan empat kali main di Liga Europa pada musim 2017/18 melawan klub seperti Lazio.
Sebelum main di Zulte, ia juga pernah lama memperkuat raksasa Belgia, KRC Genk, dan menjadi pemain inti di sana.
Harap dicatat, liga kasta teratas Belgia, atau Jupiler Pro League, saat ini adalah 10 besar liga top di Eropa dengan market value 765 juta euro. Bandingkan dengan Shopee Liga 1 yang hanya memiliki nilai pasar 60 juta euro.
Segudang Persoalan
Kira-kira, siapkah pemain sekaliber Sandy Walsh merasakan jadwal Liga 1 yang kerap mundur tiba-tiba?
Bukan liga Indonesia namanya jika tidak ada perubahan jadwal di tengah kompetisi.Kenyataannya, sejak Liga 1 bergulir, selalu ada perubahan jadwal di tengah jalan. Bahkan, jumlahnya cukup banyak.
Masalah kedua yang mungkin sebelumnya Sandy Walsh jarang temui adalah kericuhan suporter.
Hampir tiap musim Liga Indonesia selalu dihiasi kerusuhan atau bentrokan suporter. Musim lalu adalah salah satu yang terparah. Seorang suporter Persija sampai meninggal karena dikeroyok suporter Persib.
Dengan main di Indonesia, pemain berdarah Indonesia itu juga harus rela mendapatkan gaji lebih kecil.
Dilansir dari laman Transfermarkt, saat ini Sandy memiliki market value 800 ribu euro (Rp12,9 miliar). Nilai ini sekitar dua kali lipat dari pemain termahal Persija, Bruno Matos.
Cukup diragukan Persija mau membayar Sandy Walsh dengan nominal menyentuh Rp12,9 Miliar.
Berkorban Demi Timnas Indonesia
Jika pada akhirnya Sandy main di Liga Indonesia, maka hal itu tak lebih sebagai bentuk 'pengorbanan' agar dirinya bisa main di Timnas Indonesia.
Sandy Walsh memang 'ngebet' untuk dinaturalisasi dan membela Timnas Indonesia. Berulangkali ia memberikan kode ingin bergabung dengan skuat garuda.
Pada Mei lalu bahkan ia sempat mengunjungi kantor PSSI untuk bertemu Sekjen PSSI, Ratu Tisha, dan pelatih Simon McMenemy untuk membahas kemungkinan menjadi WNI dan membela Timnas Indonesia di masa mendatang.