INDOSPORT.COM - Teka-teki masa depan Maurizio Sarri di Chelsea akhirnya terjawab sudah. Pelatih berusia 60 tahun itu resmi kembali ke Serie A melatih Juventus pada Minggu (16/06/19) kemarin.
Kepastian itu diumumkan oleh Juventus melalui media sosial dan website resmi klub, dan akan dikontrak selama tiga musim ke depan atau hingga tahun 2022 mendatang.
"Ofisial! Maurizio Sarri adalah pelatih kepala baru Juventus. Pria asal Tuscan tersebut bergabung dengan I Bianconeri setelah satu tahun di Inggris, dan akan mendapat kontrak selama tiga tahun," demikian pernyataan resmi klub.
Merapatnya Sarri ke Turin, bukanlah kabar yang mengejutkan oleh sejumlah pihak. Nama-nama memang sudah santer terdengar dalam sepekan terakhir, untuk menggantikan Massimiliano Allegri yang meninggalkan Juventus pada Mei lalu.
Tak disebutkan nominal pasti yang harus dikeluarkan Juventus untuk mendatangkan Sarri. Beberapa media Italia menyebut ada uang senilai 1,1 juta poundsterling untuk menebusnya sedangkan media inggris mengklaim 5 sampai 10 juta pounds.
Sebelum menerima tawaran dari Juventus, posisi Sarri sendiri di Chelesea sempat diterpa isu miring. Ia terancam dipecat karena gagal membawa The Blues meraih gelar juara Liga Primer Inggris, meski di awal-awal kompetisi tampil menjanjikan.
Musababnya karena Sarri Ball tidak berjalan mulus di sepanjang musim lalu. Namun di Juventus, hal itu kemungkinan tidak akan terjadi.
Selain karena sudah memahami kultur sepak bola Italia, Juventus juga mempunyai sejumlah pemain berkualitas untuk menunjang taktik Sarri Ball. Lantas bagaimana opsi menjalankan taktiknya? Berikut INDOSPORT merangkumnya dari Squawka:
Menempatkan Ronaldo Sebagai Penyerang Utama
Salah satu kehebatan Maurizio Sarri dalam menangani sebuah klub, tangan dinginnya mampu mengembalikan sinar pemain yang mulai meredup.
Hal itu sudah ia buktikan ketika memoles Gonzalo Higuain sebagai penyerang utama di Napoli. Sempat dikira habis usai gagal tampil garang bersama Real Madrid, Higuain rupanya masih bisa menunjukan tajinya ketika pindah ke Italia.
Di bawah asuhan Maurizio Sarri, Higuain bisa mencetak 38 gol dari 42 pertandingan di semua kompetisi musim 2015/16, yang jadi musim terproduktifnya bersama Partenopei.
Hal serupa juga dialami oleh Dries Mertens yang mencetak 34 gol dalam 46 laga, dan yang terbaru adalah Eden Hazard mencetak 21 gol dari 52 laga.
Di Juventus, Cristiano Ronaldo berpeluang merasakan tangan dingin Sarri dalam taktik Sarri Ball, untuk mengasah kembali ketajamannya.
Ronaldo memang tampil baik dalam musim pertamanya di Juventus, dengan mengemas 28 gol dari 43 pertandingan di semua kompetisi. Namun itu bukanlah jumlah gol rata-rata dari pemain asal Portugal tersebut.
Di klub-klub sebelumnya, rata-rata ia mencetak 30 gol dalam satu musim kompetisi bersama Real Madrid maupun Manchester United.
Mengandalkan formasi 4-3-3, Ronaldo bisa diplot sebagai penyerang tengah, diapit oleh dua sayap lincah Paulo Dybala dan Douglas Costa, yang siap memanjakan Ronaldo dengan umpan silang akurat ataupun tusukan-tusukan dari pinggir lapangan.
Ditambah trisula maut di second line yang ditempati oleh Blaise Matuidi, Mirelem Pjanic dan Aaron Ramsey. Sementara di lini belakang, bek sayap lincah Alex Sandro dan Joao Cancelo juga akan menambah daya serang Juventus.
Bermain False 9 ala Sarri Ball
Opsi lainnya adalah Maurizio Sarri bisa memainkan false nine dalam taktik Sarri Ball-nya. Hal itu sudah ia terapkan di Chelsea, ketika menemui kendala di barisan penyerang.
Alvaro Morata gagal beradaptasi dengan taktiknya, Olivier Giroud dianggap tidak cukup tajam, sementara Higuain yang dipinjam dari Juventus gagal mengembalikan bentuk performa terbaiknya seperti di Napoli.
Maurizio Sarri tentu tidak ingin permasalahan striker utama dialami di Juventus. Jika hal itu terjadi, salah satu solusinya adalah bermain dengan taktik false nine, dimana Dybla sebagai perannya.
Dengan memposisikan Dybala di tengah, ini akan memungkinkan Ronaldo untuk mengacak-ngacak pertahanan lawan dari posisi idealnya yaitu penyerang sayap kiri.
Selani lini depan, Sarri juga membutuhkan gelandang enerjik untuk menyempurnakan false nine ala 4-3-3 racikannya. Kedatangan Ramsey bisa menjadi jawaban, untuk ditempatkan sebagai gelandang box to box. Atau ia juga bisa memboyong mantan anak asuhnya Jorginho dari Chelsea dan Allan di Napoli.
Jose Callejon dan Lorenzo Insigne sempat merasakan dahsyatnya false nine ala Maurizio Sarri di dua musim lalu, dengan menciptakan 26 gol dari keduanya di musim 2017/18.
Begitupun Ronaldo dan Costa di Juventus. Keduanya bisa mendapat keuntungan dengan cara yang sama, yang mungkin mengingatkan kita pada trio mau Liverpool, Sadio Mane, Mohamed Salah dan Roberto Firmino. Dybala bisa mengambil peran Firmino sebagai esque.