INDOSPORT.COM - AC Milan akhirnya resmi memperkenalkan Marco Giampaolo sebagai pelatih baru jelang musim 2019/20, Kamis (20/06/19) dini hari WIB.
Marco Giampaolo bakal dikontrak AC Milan selama dua musim hingga 30 Juni 2021 mendatang dengan opsi perpanjangan kontrak satu tahun.
Keputusan AC Milan mengontrak Marco Giampaolo sebagai pelatih banyak mendapat sorotan dari para fans. Sebab, Giampaolo bukanlah nama favorit yang dijagokan para milanisti.
Selain belum pernah meraih trofi, pelatih berusia 51 tahun itu lebih sering melatih klub medioker.
Namun, Milan telah menetapkan pilihannya pada Giampaolo sebagai upaya untuk membangkitkan klub.
2 Striker Jadi Kunci
Milan tentunya tidak mau sembarangan dalam memilih nahkoda. Ada parameter yang membuat Giampaolo terpilih.
Salah satunya adalah gaya sepak bola menyerang dengan dua striker di depan.
Nama Giampaolo mulai terdengar saat ia melatih klub Empoli musim 2015/16. Di musim perdananya, ia sanggup membawa Empoli ke posisi 10.
Walau gagal di musim selanjutnya, namun gaya melatihnya mendapat pujian. Di tengah formasi 4-3-3 jadi primadona dalam sepak bola modern, ia setia pada pakem klasik 4-3-1-2.
Ia pun tak butuh waktu lama untuk dapat pekerjaan baru. Pada awal musim 2017/18 ia ditunjuk menjadi allenatore Sampdoria. Di Luigi Ferraris, namanya lebih berkibar dengan membawa Sampdoria finis di posisi 10 dan 9 secara beruntun.
Selama menangani Sampdoria, ia berhasil mengalahkan klub-klub besar seperti Juventus, Inter, maupun Milan lebih dari sekali.
Baru-baru ini, mantan Presiden Legendaris Milan, Silvio Berlusconi, mengaku telah naksir dengan Giampaolo sejak 2016. Alasannya tak lain karena kesukaanya pada formasi dua striker milik Giampaolo.
Maklum, kesuksesan besar yang diraih Milan di bawah era Berlusconi memang berkat formasi dua striker. Bahkan bisa dibilang Milan sudah melekat dengan gaya ini, entah itu dalam pakem 4-4-2 atau 4-3-1-2.
Pada era The Dream Team 90-an yang nyaris tak terkalahkan, Milan memasang duet Van Basten dan Ruud Gullit dalam balutan 4-4-2. Cara ini berlanjut di saat menduetkan Massaro dan Savicevic.
Hasilnya? Milan menguasai Eropa dan dunia dengan seabrek gelar scudetto serta Liga Champions. Di akhir 90-an, Milan merubah formasi dengan 4-3-1-2 menempatkan Boban (kini jadi petinggi Milan) sebagai penyerang lubang di belakang duet Bierhoff dan Weah. Cara ini kembali membuahkan gelar scudetto untuk Milan.
Seakan berjodoh, ketika merih Liga Champions 2003 di bawah Ancelotti Milan juga main dengan dua striker (4-3-1-2) memasangkan duet Inzaghi dan Shevchenko yang disokong oleh Rui Costa. Berlanjut pada scudetto 2004 dengan duet Shevchenko - Jon Dahl Tomasson.
Perlu bukti lain? Saat menjuarai Liga Champions 2007, Ancelotti memasang Kaka dan Inzaghi di lini depan dalam formasi 4-4-2. Bahkan, scudetto terakhir yang diraih Milan (2011) juga digapai dengan memasangkan duet striker Ibrahimovic dan Robinho.
Maksimalkan Potensi Pemain
Selain penganut formasi legendaris Milan, Marco Giampaolo juga memiliki kelebihan lain yang tengah dibutuhkan AC Milan, yakni kemampuannya memaksimalkan potensi pemain.
Saat ini Milan dihuni oleh pemain-pemain muda potensial. seperti Andrea Conti, Davide Calabria, Krzysztof Piatek, Gianluigi Donnarumma, Lucas Paqueta, Patrick Cutrone, dll.
Kebetulan, Giampaolo memiliki rekam jejak baik saat menangani anak-anak muda. Dengan modal pemain muda, ia bisa membawa klub meraih prestasi maksimal.
Misalnya membawa Empoli ke posisi 10 dan Sampdoria yang disegani dua tahun belakangan. Giampaolo adalah pelatih yang memaksimalkan bakat pemain muda seperti Duvan Zapata (kini Atalanta), Riccardo Saponara (Fiorentina), Patrick Schick (AS Roma), Lucas Torreira (Arsenal), sampai Mario Rui (Napoli).
Teranyar, tangan dingin Giampaolo mampu mengorbitkan Joachim Andersen dan Denis Praet di Sampdoria. Kedua pemain itu kini tengah diburu klub-klub besar Inggris.
Tak hanya menangani pemain muda, menariknya, Giampaolo juga terbukti sanggup memaksimalkan pemain tua!
Di bawah Giampaolo, striker gaek Empoli, Maccarone, sanggup mencetak 13 gol. Yang paling fenomenal tentu saja Fabio Quagliarella.
Striker 36 tahun itu jadi top skor Serie A dengan 26 gol dan 8 assist menyisihkan Cristiano Ronaldo dan Piatek. Semusim sebelumnya, Quagliarella juga mencetak sampai 19 gol.
Catatan ini tentu jadi nilai plus Milan yang tengah dalam masa keterbatasan usai disanksi Financial Fair Play.
4-3-1-2 di Bawah Marco Giampaolo
Lalu, bagaimana 4-3-1-2 yang dimiliki AC Milan di bawah Marco Giampaolo?
Milan memang baru mendatangkan Rade Krunic di bursa tranfer kali ini. Namun, dari sekian rumor yang ada, kita sudah bisa meraba seperti apa 4-3-1-2 di bawah Giampaolo.
Untuk barisan empat bek, Milan kemungkinan besar menempatkan Andrea Conti atau Davide Calabria di fullback kanan. Sementara untuk bek tengah, nama Alessio Romagnoli masih tak tergantikan.
Milan saat ini tengah mencari rekan duet sempurna Romagnoli. Zapata dan Musacchio hampir pasti dijual.
Mattia Caldara memiliki potensi tapi rentan cedera. Milan sepertinya bakal mendatangkan pemain baru, salah satu yang masuk kandidat adalah Ozan Kabak (Stuttgart) dan Dejan Lovren (Liverpool).
Bergeser ke fullback kiri, nama Ricardo Rodriguez dan Diego Laxalt masih belum aman. Keduanya bisa dijual dan diganti dengan pemain baru. Salah satu yang dirumorkan adalah Mykolenko (Dynamo Kiev).
Yang menarik adalah di lini tengah dan depan. Pada gelandang, kemungkinan hanya tiga pemain yang bakal bertahan, yakni Lucas Paqueta, Suso, dan Franck Kessie.
Media-media di Italia melaporkan, Giampaolo ingin mencoba Suso sebagai trequartista yang bermain di belakang dua striker.
Posisi Suso disokong oleh Kessie dan Paqueta atau pemain baru lain seperti Barella (Cagliari) dan Ceballos (Real Madrid).
Di lini depan, Piatek jadi pilihan nomor satu. Nama Andre Silva difavoritkan menjadi rekan duet Piatek usai kembali dari masa peminjaman di Sevilla.
Jika Silva urung dipasang, maka akan ada striker baru di skuat Milan. Nama bomber Kroasia, Andrej Kramaric, tengah dikait-kaitkan dengan Rossoneri.