INDOSPORT.COM - Pada 22 Juni 2017 lalu, Mohamed Salah resmi bergabung dengan Liverpool dari AS Roma dengan durasi kontrak selama lima musim ke depan atau hingga tahun 2022 mendatang.
Sebuah kebijakan transfer megejutkan dilakukan oleh Liverpool pada musim panas 2017 lalu, saat mendatangkan Mohamed Salah dari AS Roma.
Padahal, Salah sempat dianggap sebagai pemain gagal di Liga Primer Inggris lantaran performanya tak kunjung menanjak saat membela Chelsea, karena kesulitan bersaing dengan bintang lainnya untuk mendapat menit bermain.
Hingga akhirnya, ia dipinjamkan ke sejumlah klub Serie A seperti Fiorentina dan AS Roma, sebelum akhirnya benar-benar dilepas Chelsea dan dipermanenkan oleh Srigala Ibu Kota.
Bersama AS Roma, perlahan performa Salah mulai membaik. Ia mendapat menit bermain yang banyak, dan mencetak 14 gol dan menyumbang 7 assist dari 34 laga Serie A di musim perdananya. Sebuah start yang sanagt bagus.
Perolehan golnya mulai meningkat di musim kedua, dengan mencetak 15 gol dan menciptakan 13 assist di Serie A dari 31 pertandingan.
Catatan apik tersebut membuat sejumlah klub top Eropa kepincut merekrutnya. Liverpool pun berhasil memenangkan perburuan yang sudah mengincarnya sejak 09 Mei 2017 lalu.
Pada 22 Juni 2017, Mohamed Salah resmi diperkenalkan ke publik. The Red diklaim harus mengeluarkan kocek sebesar 39 juta euro untuk menariknya keluar dari Stadion Oimpico.
Ia dikabarkan akan menerima gaji di kisaran 90 ribu euro per pekan dan akan mengambil alih nomor punggung 11 milik Roberto Firmino, yang saat itu berganti menjadi nomor 9.
Performa Mohamed Salah Melejit di Liverpool
Di musim pertama gabung Liverpool, performa Salah secara mengejutkan melejit. Pemain asal Mesir itu tampil subur dan berhasil mengakhiri kompetis Liga Primer Inggris musim 2017/18 sebagai top skor, usai mencetak 32 gol dari 36 laga.
Namun sayang, pundi-pundi gol Salah belum mampu membawa Liverpool mengakhir puasa gelar Premier League untuk pertama kalinya sejak 1990 lalu, karena The Reds finis di peringkat ke-4 dengan perolehan 75 poin.
Tak hanya di liga domestik, tuah Salah juga menular di ajang Liga Champions di musim yang sama. Dirinya tetap tajam dengan mencetak 10 gol dari 13 pertandingan dan membawa Liverpool ke final, tapi kalah 1-3 dari Real Madrid.
Bukan Pemain One Season Wonder
Di musim keduanya 2018/19, Mohamed Salah mendapat tekanan yang cukup hebat. Pasalnya, ia dituntut untuk kembali bersinar dan ditantang kembali menjadi pencetak gol terbanyak di Premier League.
Bahkan, sejumlah media Inggris menganggap Salah akan tenggelam di musim keduanya dan menjadi pemain One Season Wonder selanjutnya seperti yang pernah dialami Michu bersama Swansea City.
Perlahan tapi pasti, penyerang berusia 27 tahun itu mampu membuktikan kualitas dan konsistensinya. Gol demi gol dicetak oleh Salah dan membungkam banyak anggapan kalau dirinya hanya bersinar satu musim.
Bahkan, Salah kembali mengakhir musim sebagai top skor dengan 22 gol bersama Pierre-Emerick Aubameyang dan Sadio Maen. Tapi lagi-lagi dirinya belum mampu memberikan gelar Premier League untuk timnya.
Meski Salah tampil trengginas di lini depan bersama Mane dan Firmino, Liverpool gagal menyalip Manchester City dari singgah sana puncak klasemen Premier League 2018/19.
Namun nasibnya cukup baik di kancah Eropa. Setelah hanya menjadi finalis di dua musim lalu, tahun ini Salah memperoleh trofi perdananya berseragam Liverpool saat memenangkan Liga Champions 2018/19.
Mereka mengalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 2-0. Salah sendiri hanya mampu mencetak 5 gol di Liga Champions musim lalu dari 12 pertandingan.
Kikis Islamphobia
Tak hanya bersama Liverpool, performa dan ketajaman salah juga tetap terjaga saat dirinya membela Timnas Mesir. Ia bahkan jadi pemain penentu kelolosan Mesir ke Piala Dunia 2018 di Rusia setelah absen 28 tahun atau sejak edisi 1990.
Kepribadian yang rendah hati membuat Mohamed Salah sangat dicintai oleh fans Liverpool, bahkan seantero Inggris meski bukan fans The Reds.
Ia berhasil memperbaiki citra Islam di Inggris khususnya di Kota Merseyside dengan mengikis kebencian terhadap Islam atau Islamphobia.
Hal itu seperti dipaparkan dari sebuah studi yang dilakukan Universitas Stanford dilansir Sky Sports, dalam sebuah laporan berjudul: Bisakah Eksposur pada Selebritis Mengurangi Prasangka? Efek Mohamed Salah pada Kebiasaan dan Sikap Islamfobia.
"Secara keseluruhan, kami menginterpretasikan hasil akhir ini mendukung hipotesis bahwa kehadiran Salah di Liverpool menyebabkan menurunnya tindakan pihak yang fanatik secara ekstrim," jelas laporan itu.
"Kami juga menemukan bahwa unggahan kicauan antimuslim fans Liverpool berkurang separuhnya (turun dari 7,2 persen menjadi 3,4 persen kicauan mengenai muslim) dibandingkan fans dari tim top Inggris lainnya," tambah laporan tersebut.