Tersingkir di Copa America 2019, Suporter Timnas Indonesia Bisa Belajar Hal Ini dari Jepang
Perlu diketahui bahwa Jepang membuat sebuah gebrakan yang sangat tidak biasa yaitu menurunkan mayoritas pemain muda yang usianya di bawah 23 tahun di ajang sebesar Copa America 2019.
Padahal sesama negara Asia yang juga berstatus tamu undangan, Qatar saja masih memainkan pemain utamanya. Lantas apa yang dicari Jepang?
Rupanya, Jepang memang sengaja memainkan pemain muda karena lebih fokus pada ajang Olimpiade 2020 di Tokyo. Harapannya adalah skuat Jepang yang memang diproyeksikan untuk Olimpiade 2020 bisa mendapatkan pengalaman berharga di Copa America 2019.
Jika ditilik lebih dalam skuat Jepang, mereka hanya menurunkan 5 pemain yang usianya di atas 23 tahun. Bahkan, hanya ada 3 pemain yang jumlah caps-nya di atas 15 pertandingan yang menandakan bahwa skuat Jepang di Copa America 2019 tak lebih dari kumpulan bocah ingusan.
Ketiga pemain tersebut adalah Eiji Kawashima, Gaku Shibasaki, dan Shinji Okazaki yang sepertinya ditugaskan sebagai senior yang dapat mengayomi para pemain muda. Lebih lanjut lagi, rupanya ada sejumlah pemain muda yang belum pernah mendapatkan caps sama sekali.
Setidaknya ada 7 pemain yang sama sekali belum pernah mendapatkan kesempatan untuk membela Timnas Jepang. Akan tetapi di bawah arahan pelatih Hajime Moriyasu, mereka mendapat kesempatan sebagai bagian dari eksperimen.
Namanya juga eksperimen, pasti ada berhasil dan gagalnya yang tercermin pada hasil Jepang di Copa America 2019. Sempat membuat kejutan dengan menahan imbang Uruguay, Jepang malah dibantai oleh Chile dan ditahan Ekuador.
Jadi hasil bukanlah sesuatu yang dicari oleh Jepang, melainkan trial and eror agar skuat muda itu bisa mencapai pick performance di Copa America 2019. Lantas berkaca dari apa yang dilakukan Jepang di Copa America, apa yang bisa diambil pelajarannya oleh suporter Timnas Indonesia?