Seret Gol di Copa America 2019, Ada Apa Denganmu, Messi?
Setidaknya ada 2 alasan yang mungkin bisa menjawab betapa buruknya penampilan Messi di Copa America 2019, yaitu jeleknya kualitas lapangan dan dirinya yang tidak mendapatkan teman.
Lapangan Jelek
Seusai Argentina menghempaskan perlawanan Qatar dengan skor 2-0, Messi pernah menyebut alasan mengapa dirinya tampil buruk dan gagal mencetak gol di pertandingan itu.
“Semua lapangan tempat kami bermain buruk. Bola memantul banyak dan anda perlu kontrol ekstra untuk menghentikannya,” cerita Messi seusai laga melawan Qatar di Porto Alegre, Senin (24/06/19) lalu.
Kontur lapangan yang buruk memang acap kali menjadi alasan klise dari para pemain sepak bola terkait penampilannya yang jelek. Memang benar bahwa kontur tanah yang tidak rata menyulitkan pemain untuk menguasai bola.
Bahkan, pelatih Brasil, Tite, juga mengakui bahwa lapangan di Copa America 2019 begitu buruk.
Tapi tentu permukaan lapangan yang tidak rata ikut dirasakan juga oleh pemain lainnya sehingga seharusnya itu tidak menjadi alasan. Karena pada dasarnya sebagai pemain profesional, seharusnya Messi sanggup beradaptasi terhadap segala jenis kondisi termasuk lapangan jelek.
Messi Membutuhkan Teman
Mungkin alasan kedua ini agaknya cukup bisa menjawab alasan di balik seretnya gol dari Messi. Yaitu, Lionel Messi membutuhkan seorang teman yang bisa membantunya mengkreasi serangan dari lini tengah.
Perlu diketahui pada laga pertama melawan Kolombia, Messi seperti bertarung sendirian di lini tengah melawan kerumunan lawan. Sergio Aguero yang menjadi tandemnya di lini depan hanya berdiri mematung saja di lini depan menunggu suplai bola.
Melihat skema memasangkan Messi-Aguero tidak berjalan mulus, pelatih Argentina, Lionel Scaloni mengganti duet penyerang di laga kedua melawan Paraguay. Scaloni menempatkan Lautaro Martinez menggantikan Aguero untuk menemani Messi.
Hasilnya, lini serang Argentina menjadi lebih hidup karena Lautaro mau turun ke belakang membantu Messi membangung serangan. Namun, masalah lain timbul setelah itu. Ketika Lautaro membantu Messi, tidak ada penyerang yang berdiri mematung di depan.
Scaloni pun mengubah skema tersebut dengan memainkan tiga penyerang sekaligus pada laga selanjutnya melawan Qatar yaitu dengan memainkan Lautaro-Aguero-Messi. Skema itu pun dipertahankan hingga laga melawan Venezuela tadi.
Hasilnya, Argentina sukses mencetak 4 gol dalam dua laga terakhir yang mengantarkan mereka ke babak semifinal. Tapi, tetap saja Messi masih belum mampu mencetak gol meski telah ditemani Lautaro dan Aguero.
Untuk masalah itu, kita perlu melihat bahwa Scaloni selalu mengubah pakem di lini depan yang tentu membuat Messi perlu beradaptasi lagi. Selain itu, sangat terlihat jelas bila Scaloni membangun timnya hanya untuk menopang potensi Messi.
Jika begitu, tentu rasanya seperti harapan rakyat Argentina yang mencapai 44,2 juta (pada tahun 2017) dibebankan pada seorang Lionel Messi saja. Itu bukan hal yang baik karena membebani Messi dan membuatnya tidak lepas ketika bermain.
Jika itu berlanjut terus, rasanya Argentina bakal kesulitan ketika bertemu dengan Brasil yang secara permainan lebih kompak karena tidak ada bintang yang begitu menonjol. Atau Argentina bisa saja berharap agar Messi bisa main lebih lepas dan mengamuk di semifinal nanti.