INDOSPORT.COM - Kepergian Maurizio Sarri dari Stamford Bridge menuju Juventus mungkin tak begitu menyesakkan bagi fans Chelsea. Walau sukses membawa The Blues menjuarai Liga Europa, namun pria Italia itu sejatinya tak begitu favorit di hati suporter.
Namun lain halnya jika bicara Napoli. Kembalinya Sarri ke Italia membuat hati tifosi Napoli campur aduk.
Sarri selama ini identik dengan klub dari selatan Italia tersebut. Tiga musim bersama Napoli, Sarri berhasil membawa mereka bersaing ketat dengan Juventus di tangga juara.
Walau tak berhasil juara, Napoli dibawanya ke musim-musim terbaik mereka dalam hal kemenangan dan jumlah poin. Sarrilah yang hampir memutuskan rantai dominasi Juventus di Serie A.
Masih teringat pula dengan jelas momen ketika Sarri mengacungkan jari tengah ke arah fans Juventus dari atas Bus yang ditumpangi skuat Napoli di Turin.
Maka, tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan tifosi Napoli ketika melihat Sarri kini berseragam hitam-putih.
Mungkin pernyataan dari mantan anak asuh Sarri di Napoli dan Chelsea, Jorginho, cocok untuk menyimpulkan situasi ini.
"Para fans Napoli masih memiliki Sarri di hati mereka. Itu hal yang normal kalau mereka marah (Sarri ke Juve). Mereka (suporter) sangat bergairah, mereka bisa memberikanmu segalanya. Mereka bisa memperlakukannya sebagai pengkhianatan, mereka seperti itu. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi," ujar Jorginho.
Darah Napoli yang Besar di Tuscany
Salah satu alasan lainnya mengapa Sarri identik dengan Napoli adalah karena dirinya yang memang lahir di Bagnoli, sebuah daerah di Kota Naples, Italia Selatan.
Sorrento jadi klub di wilayah Naples yang pernah ia latih sebelum 'naik kelas' ke Napoli.
Salah satu mantan anak asuh Sarri di Sorrento, Ronaldo Vanin, sudah merasakan karakter melatih Sarri di klub kecil itu.
"Maurizio tidak hanya ingin menang, ia menginginkan lebih dari itu," ujar Vanin kepada The Guardian tahun lalu.
"Idenya adalah bahwa tim harus mengingat apa yang harus mereka lakukan. Selama setiap sesi, Anda membaca naskah yang sama sambil bersenang-senang. Pandangannya adalah bahwa latihan tidak boleh terlalu lama, Anda harus selalu memiliki bola di kaki Anda dan garis pertahanan harus sempurna,"
"Di luar lapangan, dia adalah orang yang luar biasa; di lapangan dia sangat menuntut,"
Walau lahir di Napoli, namun karier Sarri berkembang pesat di Tuscany (Italia Tengah) saat membesut klub Empoli.
Di Empoli Sarri sukses membawa tim promosi ke Serie A pada 2014. Musim berikutnya, ia berhasil mengindarkan Empoli dari degradasi.
Jangan bayangkan ia menggunakan formasi 4-3-3 di Empoli. Saat membesut Empoli ia belum menggunakan formasi favoritnya tersebut.
Sarri berevolusi dari formasi 4-3-1-2 serta 4-4-2 dengan mengandalkan ball possession yang akhirnya ia poles menjadi 4-3-3 versinya di Napoli dan Chelsea.
Juventus
Ada desas-desus yang menyebutkan Sarri bakal kembali menggunakan formasi 4-3-1-2 di Juventus. Alasannya, dengan formasi itu, Sarri bisa memanfaatkan duet Cristiano Ronaldo dan Moise Kean yang disokong oleh Paulo Dybala sebagai penyerang lubang.
Jika ia sanggup membuat pemain veteran Empoli, Maccaroni, mencetak banyak gol, maka apa jadinya Ronaldo di tangan Sarri nanti.
Jika Sarri tetap menerapkan formasi 4-3-3 di Juventus, Ronaldo bakal lebih mendapatkan peran besar. Sama seperti Hazard di Chelsea.
Musim lalu Hazard jadi top skor Chelsea dalam permainan formasi 4-3-3.
Sarri adalah tipe pelatih yang jeli dalam memanfaatkan potensi pemain yang tersedia. Hal ini sudah dibuktikan saat ia di Empoli dan Napoli.
Maka jangan heran jika nanti ada pemain-pemain kejutan yang bakal jadi pilihan Sarri di Starting XI Juventus.
Menangkan Hati Suporter (dan Trofi)
Sarri tentunya tahu menjadi pelatih Juventus itu artinya ia harus sanggup memenangkan dua hal, yaitu hati suporter dan juga trofi.
Sarri telah melakukan semua yang ia bisa di Stamford Bridge. Ia melebihi prediksi awal musim yang menyangka Chelsea cuma finis di luar empat besar.
Sarri pun mendapat trofi 'pribadinya' sendiri dengan kemenangan Liga Eropa yang mengesankan.
Tentu ini tugas yang berat. Bahkan lebih berat dari saat ia membesut Chelsea. Maklum, dari awal kedatangan ke Turin, ia sudah mendapat pertentangan.
Meskipun para pemain menyukainya, dan bahkan jika petinggi klub suka bekerja dengannya, tantangan terbesar Sarri bisa di luar lapangan, yakni penggemar.
Namun, suporter dan trofi sejatinya adalah dua hal yang berkesinambungan. Jika Sarri sukses memenangkan trofi untuk juventus, maka itu artinya ia juga sudah memenangkan hati suporter.
Apalagi jika trofi tersebut adalah Liga Champions. Sarri sebelumnya memiliki pengalaman memenangkan sebuah trofi Eropa di Chelsea (sesuatu yang Allegri belum mampu), itu artinya bukan hal mustahil baginya memenangkan Liga Champions bersama Juventus.
Trofi Si Kuping Besar adalah satu-satunya cara terbaik bagi Maurizio Sarri untuk memenangkan hati para suporter Juventus.