INDOSPORT.COM – Perusahaan Nike mengumumkan bahwa jersey pemain Timnas Wanita Amerika Serikat mencapai penjualan tertinggi dalam satu musim usai memastikan ke semifinal Piala Dunia Wanita 2019.
Dilansir dari laman Sportsbible, rekor ini disampaikan oleh Direktur Senior Nike, bahwa jersey kandang Timnas yang dipakai selama Piala Dunia Wanita 2019 mencapai penjualan tertinggi di perusahaan tersebut.
Jersey yang dimaksud ini adalah jersey kandang dan tandang yang dibedakan dalam dua warna berbeda, yakni merah dan putih. Jersey ini diluncurkan sebagai peringatan ke-20 seragam angkatan 99-an mereka.
#USWNT will have a distinctly American graphic on their red/away kit & honors the 20th anniversary of the ‘99ers on their white/home kit (all 50 states on back). pic.twitter.com/s1NIkPNk8F
— Heidi Burgett (@heidiburgett) March 11, 2019
Peningkatan penjualan ini terjadi setelah Megan Rapinoe dan rekan-rekannya berhasil mencapai babak semifinal Piala Dunia Wanita 2019 dan menaklukkan Prancis di perempatfinal dengan skor 2-1.
Mereka akan berhadapan dengan Timnas Inggris yang ditangani Phil Neville di babak semifinal pada hari Rabu (03/07/19) mendatang guna memperebutkan tiket final turnamen.
Juara Piala Dunia Wanita tiga kali ini memang tengah mencicipi popularitas yang meroket sejak beberapa musim terakhir, melebihi kepopuleran Timnas pria. Megan Rapinoe dan Alex Morgan, dua dari empat pencetak gol terbanyak turnamen, bahkan mulai ditakuti di dunia sepak bola wanita.
Meski begitu, kesenjangan atas kesejahteraan yang diberikan pemerintah AS masih dirasakan tim wanita hingga saat ini. Hal ini terlihat jelas dari besarnya gaji dan bonus yang diberikan antara pemain pria dan wanita yang begitu mencolok.
Menurut laporan, tim wanita AS hanya menerima bonus 90 ribu dolar (Rp1,2 miliar) sebelum menang atas Prancis, sedangkan tim pria masing-masing mendapatkan bonus 550 ribu dolar (Rp7,7 miliar).
Tak heran, sejumlah pemain wanita AS mulai melakukan aksi protesnya atas kebijakan pemerintah. Salah satunya aksi Rapinoe yang mampu menggoyang pemerintah AS dengan menolak menyanyikan lagu kebangsaan prapertandingan.