INDOSPORT.COM – 12 Juli 1998 atau tepatnya 21 tahun yang lalu, Timnas Prancis merayakan gelar juara Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Sebelum berjalan ke 1998, mari sekilas kembali ke 1990 di saat Prancis terpisahkan oleh batas suku dan golongan. Dulunya, pemain non-Prancis jarang yang masuk ke tim nasional sepak bola, termasuk legenda Just Fontaine.
Just Fontaine merupakan top skor Piala Dunia 1958 yang mencetak 13 gol dalam satu penyelenggaraan Piala Dunia. Hingga kini, tidak ada yang sanggup melampaui pencapaian Just Fontaine.
Permasalahan rasisme menjadi penghalang bagi Prancis untuk berprestasi di Piala Dunia. Akan tetapi, Piala Dunia 1998 yang diadakan di Prancis mengubah segalanya.
Prancis yang tadinya terbagi karena suku dan golongan akhirnya bersatu berkat sepak bola. Sepak bola menyatukan yang tadinya memisahkan.
Piala Dunia 1998 tidak hanya membuah seluruh negara di belahan dunia terkena ‘demam kejang’. Bagi Prancis, ini adalah momen persatuan dan pembuktian.
Timnas Prancis diperkuat pemain-pemain terbaik. Pemain imigran dan kelahiran Afrika tidak hanya sekadar pelengkap bahkan berperan sebagai tulang punggung dan penentu kemenangan.
Marcel Desailly begitu tangguh di lini pertahanan, Patrick Vieira menjadi jenderal di lapangan tengah, sementara posisi ujung tombak dihuni putra imigran asal Aljazair, Zinedine Zidane.
Zidane yang kini melatih Real Madrid untuk kedua kalinya bahkan menjadi penentu juara Prancis di final melawan Brasil lewat dua golnya. Tim Ayam Jantan, julukan Timnas Prancis, menang 3-0 dan berhak mengangkat trofi Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Salah satu kejadian menarik sepanjang Piala Dunia 1998 adalah ritual ciuman Laurent Blanc ke kepala plontos Fabien Barthez. ‘Kemesraan’ Blanc dan Barthez percaya atau tidak memberi keberuntungan tersendiri bagi Prancis.
Karena ciuman kening itu, Prancis tidak pernah mengalami kekalahan hingga akhirnya meraih juara. Seluruh masyarakat Prancis lantas berpesta pora di Champs-Elysees dengan satu warna, yaitu biru untuk Prancis.