INDOSPORT.COM - Timnas Sepak Bola Indonesia pernah begitu digdaya pada akhir tahun 1950-an sampai awal 160-an. Di masa itu, Indonesia dijuluki sebagai Macan Asia.
Di bawah asuhan pelatih Toni Pogacnik, timnas mampu meraih medali perunggu Asian Games 1958. Bukan cuma Asian Games, Timnas Indonesia bahkan hampir masuk Piala Dunia andai saja tak 'terganjal' Israel.
Indonesia bisa saja masuk ke Piala Dunia 1958 di Swedia jika saja tak terpengaruh oleh kebijakan politik.
Indonesia mengawali kualifikasi Piala Dunia 1958 Zona Asia dengan baik. Maulwi Saelan dkk berhasil tembus ke putaran kedua kualifikasi setelah menyingkirkan China di putaran pertama Grup 1.
Di putaran berikutnya, Indonesia harus menghadapi Mesir, Sudah dan Israel. Namun di putaran tersebut, Mesir dan Sudan tak bersedia melawan Israel.
Alasannya, Israel merupakan musuh mereka pascaperang Arab-Israel tahun 1946 dan 1956. Mesir dan Sudan akhirnya lebih memilih mundur.
Setali tiga uang dengan Mesir dan Sudan, Indonesia pun turut memusuhi Israel sebagai bentuk perlawanan terhadap neokolonialisme.
Saat itu Indonesia di bawah Presiden Soekarno memang tengah gencar-gencarnya memerangi neokolonialisme. Israel dianggap pemerintah adalah penjajah rakyat Palestina.
Melihat hal ini, PSSI pun tak tinggal diam. Mereka meminta kepada FIFA untuk memindahkan laga Indonesia vs Israel di tempat netral dan bukan di Israel.
Namun, permohonan itu ditolak. Akhirnya, PSSI terpaksa memilih mundur pada putaran kedua kualifikasi. Padahal, Andai saja keputusan politik tak dicampuradukkan dengan sepak bola nasional kala itu, maka Indonesia berpeluang sangat besar ke Piala Dunia.
Maklum, kala itu Indonesia unggul di segala sisi dari Timnas Israel. Melihat hal ini, FIFA tak serta merta meloloskan Israel ke Piala Dunia.
FIFA pun memilih Wales sebagai lawan Israel. Wales dipilih karena negara Inggris Raya tersebut memiliki nilai tertinggi di antara tim-tim lain yang tak lolos dari Zona Eropa. Wales akhirnya menang 4-0 dan melaju ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia.