INDOSPORT. COM - Tiba juga hari yang ditunggu-tunggu Marco Giampaolo. Selaku pelatih anyar AC Milan, Marco Giampaolo akan memainkan laga debutnya pada Rabu (24/07/19) pagi nanti.
AC Milan akan dibawa Marco Giampaolo melakoni laga pramusim perdana di ajang International Champions Cup 2019. Lawan yang dihadapi bukan tim sembarangan, yakni raksasa Bundesliga Jerman, Bayern Munchen.
Maka tepatlah bila laga nanti dijadikan ajang untuk pembuktian awal Marco Giampaolo. Terlebih, sejak awal menjabat, Marco Giampaolo nampak terus dibandingkan dengan juru taktik legendaris AC Milan, Arrigo Sacchi.
Tak mengherankan memang, sebab Arrigo Sacchi turut berperan dalam proses penunjukkan Marco Giampaolo. Pelatih legendaris yang pernah membawa AC Milan dua musim berturut merajai Piala Champions Eropa itu, sudah sejak lama mengidamkan Giampaolo untuk menukangi I Rossoneri.
Pada akhir musim 2015/16, Giampaolo yang baru saja membawa Empoli menempati urutan 10 Serie A Italia, sudah dilirik Sacchi untuk menjadi suksesornya di AC Milan. Namun, kala itu ambisi Sacchi tak terwujud, sebab AC Milan kemudian malah lebih memilih Vicenzo Montella, sementara Marco Giampaolo berlabuh ke Sampdoria.
"Bisa melatih AC Milan adalah sebuah kehormatan bagi saya. Saya selalu mengagumi Arrigo Sacchi sebagai seorang pembuat inovasi yang hebat," ucap Giampaolo merespon ketertarikan Sacchi pada 2016, seperti dikutip dari Sempremilan.
Permintaan Sacchi tiga tahun lalu, kini akhirnya diwujudkan AC Milan. Giampaolo resmi menduduki kursi kepelatihan AC Milan dan Sacchi memberikan dukungan penuh.
"Paolo (Giampaolo) jelas merupakan orang yang tepat untuk AC Milan. Giampaolo adalah seorang master, dia merupakan satu dari sekian banyak pelatih yang bisa berperan sebagai penulis skenario dan sutradara," ujar Sacchi seperti dilansir dari Football Italia.
Signor Nessuno Jilid Dua
Sacchi pertama kali datang ke AC Milan pada musim 1987/88. Kala itu banyak yang meremehkan kualitasnya, sebab Sacchi sebelumnya hanya melatih klub Serie B, Parma.
Saking seringnya publik meremehkan Sacchi, menurut These Football Times, media-media Italia sampai memberinya julukan Signor Nessuno, yang dalam bahasa Inggris berarti Mr. Nobody (bukan siapa-siapa). Namun, Sacchi tak sedikit pun bergeming dengan kritikan yang menerpanya.
Sacchi langsung membuktikan kualitas diri dengan membawa AC Milan meraih gelar Serie A Italia di musim perdananya. Lebih manis lagi, pada musim 1988/99, dan 1989/90, Sacchi mampu memberikan AC Milan trofi Liga Champions secara berturut.
Giampaolo pun sebenarnya memiliki hampir nasib serupa seperti Sacchi. Sebelum menduduki kursi kepelatihan AC Milan, apa prestasi yang pernah ditorehkan Giampaolo? Serius, tak ada satupun trofi juara.
Sedikit berbeda, kali ini Giampaolo mendapat sambutan yang lebih hangat ketimbang Sacchi. Bahkan, Sacchi sendiri yang namanya sudah melegenda, turut ikut berbahagia dalam terpilihnya Giampaolo sebagai juru taktik anyar AC Milan.
Anti-Italia
Sacchi pada awal kedatangannya di AC Milan dahulu, begitu banyak menuai kritik. Selain soal reputasi yang masih meragukan, Sacchi kala itu juga dikritik lantaran membawa filosofi sepak bola anti-Italia.
Ya, skema yang diterapkan Sacchi untuk AC Milan, sangat berbeda dengan tim-tim Italia lainnya. Ketika banyak tim Italia mengandalkan kekuatan bertahan, Sacchi malah mengusung sepak bola menyerang.
Hebatnya, walau mengandalkan skema menyerang, AC Milan racikan Sacchi turut memiliki pertahanan yang kuat. Buktinya, saat juara Serie A Italia 1987/88, AC Milan hanya kebobolan 14 gol saja. Sedangkan tim peringkat dua yang mengandalkan kekuatan bertahan, AS Roma, jumlah kebobolannya malah mencapai angka 26 gol.
Berkat keberanian Sacchi yang kemudian mendatangkan sukses besar untuk AC Milan, publik lantas mengenalnya sebagai inovator handal. Giampaolo pun sepertinya juga memiliki jiwa inovator handal seperti Sacchi tadi.
Zvonimir Boban, Chief Football Officer AC Milan, telah mengamini hal tersebut. Menurut Boban, Giampaolo adalah tipe pelatih yang berani menawarkan konsep sepak bola berbeda di Italia (sama seperti Sacchi dahulu).
“Selama bertahun-tahun Marco menawarkan sesuatu yang berbeda di Italia, sebuah konsep sepakbola indah yang menghormati sejarah AC Milan dan yang ingin dilihat publik San Siro. Tentu saja, lewat sepakbola indah Anda berharap mendapat hasil terbaik. Kami yakin berada di trek yang benar dengannya,” ujar Boban seperti dikutip dari Football Italia.
Marco Giampaolo memang belum membuktikan apa-apa kepada AC Milan. Tapi, berkaca dari segala penjelasan di atas, mungkin Giampaolo adalah orang yang tepat untuk meneruskan kegemilangan Signor Nessuno dalam filosofi Arrigo Sacchi.