INDOSPORT.COM – Stadion Manahan di Solo sedang bersolek dan disebut bakal menjadi mini Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Siapa sangka, sejarah Stadion Manahan identik dengan keluarga Cendana atau Soeharto.
Stadion Manahan berdiri kokoh di atas lahan seluas 170.000 meter persegi dan dengan luas bangunan 33.300 meter persegi. Nama Manahan diambil dari sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
Pengerjaan stadion ini dimulai sejak tahun 1989 dan baru diresmikan oleh mantan Presiden Soeharto pada Sabtu, 21 Februari 1998.
Di balik lamanya pengerjaan yang memakan waktu 9 tahun, ada peran yayasan dari mendiang istri Soeharto, Siti Hartinah atau lebih kenal sebagai Tien Soeharto.
Yayasan Tien Soeharto berani menanggung pembiayaan Stadion Manahan yang terbilang megah pada masanya dan memberi wahana bagi masyarakat untuk menyaksikan pertandingan sepak bola dan sekaligus menjadi markas tim Persis Solo.
Di dalam Stadion Mahanan dilengkapi lintasan lari, sementara di sekitar kompleks Gelora Manahan terbilang lengkap dengan adanya lapangan tenis, balap sepeda, voli, dan gedung olahraga (GOR).
Tidak heran, dengan lokasinya yang strategis di tengah kota Surakarta dan dekat dengan Bandara Adi Soemarmo, Stadion Manahan sering menggelar event besar dan menjadi tuan rumah ajang internasional.
Stadion Manahan pernah menjadi venue final Divisi Utama 2009/10, kandang Persik Kediri di Liga Champions Asia 2007, dan kandang sementara klub Liga 1, Persija Jakarta.
Setelah renovasi terbaru usai, Persis Solo akan tertimpa durian runtuh karena dapat memakai Stadion Manahan Mini GBK sebagai kandang mereka. Proses renovasi Stadion Manahan sudah mencapai 83 persen dan rencananya rampung pada September 2019.
Surakarta sebenarnya tidak hanya soal Persis Solo. Dulunya, ada klub Arseto Solo yang garang di era Galatama. Klub ini didirikan oleh 1978 oleh kerabat Cendana, yakni Sigid Harjoyudanto.
Sigid Harjoyudanto tidak lain adalah putra mantan Presiden Soeharto. Nama Arseto bahkan disebut memiliki dua kemungkinan, yakni Aryo Seto (tokoh pewayangan) atau Ari Sigit Soeharto (putra Sigid Harjoyudanto).
Arseto pada awalnya bermukim di Jakarta. Akan tetapi, sejak 1983 Arseto mulai bermarkas di Stadion Sriwedari, Solo setelah pencanangan hari Olahraga Nasional tanggal 9 September.
Klub berjuluk The Cannon ini pernah meraih juara Galatama pada 1992 dan menjadi wakil Indonesia di Liga Champions Asia hingga menembus fase 7 besar.
Nama-nama tenar pernah merasakan berkostum biru langit khas Arseto Solo, seperti Ricky Yacobi, Rocky Putiray, Miro Baldo Bento, dan Eduard Tjong.
Sayangnya, Arseto Solo belum sempat mencicipi megahnya Stadion Manahan di masa lalu. Arseto Solo bubar terlebih dahulu pada 1998 setelah terjadi kerusuhan massa.