INDOSPORT.COM – Sosok I Putu Gede Dwi Santoso menjadi salah satu pilar penting Arema saat menjuarai turnamen Piala Indonesia pada tahun 2005 dan 2006. Kini Putu Gede tak lagi menjadi pemain namun memilih untuk menakhodai klub Liga 2, Babel United, bagaimana kisahnya?
Gelandang asal Bali ini menjadi salah satu pemain kunci di lini tengah Singo Edan bersama Firman Utina dan menyandang ban kapten di lengannya. Walaupun hanya sekitar tiga tahun membela klub kebanggaan Arek Malang pada periode kedua, namun kontribusi dan catatan apiknya tetap dikenang hingga saat ini.
Awal karirnya justru dari klub rival Arema yakni Persebaya Surabaya saat usianya masih cukup muda. Setelah dari tim berjuluk Bajul Ijo, ia sempat singgah ke Persija Jakarta pada tahun 1998. Tak lama memperkuat Macan Kemayoran, pria yang saat ini berusia 45 tahun ini pindah ke Arema dan karirnya semakin matang.
Alhasil, Putu Gede akhirnya mendapat panggilan Timnas untuk memperkuat tim pada Piala AFF 2000 (dulu bernama Piala Tiger) dan Piala Asia 2000. 19 caps menjadi catatan penampilannya bersama skuat Garuda sepanjang kariernya menjadi pesepak bola.
Kariernya di Arema pun ternyata terjadi pada dua periode yang berbeda, setelah tampil apik bersama klub kebanggaan Aremania di tahun 2000an, ia sempat pindah ke Deltras Sidoarjo pada tahun 2003 dan kembali lagi ke Bumi Malang pada tahun 2004.
Di periode keduanya tersebut, Putu Gede berhasil mempersembahkan gelar Piala Indonesia dua kali berturut-turut. Setelah itu, pada tahun 2007 pun ia hijrah ke Persita Tangerang dan beberapa kali berpindah-pindah klub termasuk kembali ke Persebaya dan klub-klub Jawa Timur lainnya seperti Persekabpas dan Persipro.
Ia pun menutup karier menjadi seorang pesepak bolanya di Persipro. Lantas, Apa kabar Putu Gede sekarang?
Saat ini ia tetap di dunia sepak bola dan menjadi pelatih kepala Babel United di kompetisi Liga 2 2019. Pria bertinggi 1,71 meter ini ternyata memiliki alasan tersendiri melanjutkan karirnya tetap di dunia si kulit bundar.
“Karena saya mencintai sepak bola dan hobi di bidang ini, sebelum pensiun pun juga telah berpikiran untuk meneruskan karir menjadi seorang pelatih. Intinya, karena sepak bola saya memutuskan menjadi seperti ini,” ujar Putu Gede kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Ia pun saat ini telah memiliki lisensi A AFC dan telah beberapa kali menangani klub yang berbeda. Tim-tim yang ia besut pun sangat variatif dari kompetisi kasta ketiga hingga klub kasta tertinggi sepak bola Indonesia juga pernah.
“Setelah pensiun, saya langsung membesut Akademi Sepak Bola Angkasa kemudian di Asifa membantu coach Aji Santoso. Kemudian saya melatih Arek Suroboyo di Liga 3, lalu PSBK Blitar, Persipro Probolinggo, Persibo Bojonegoro dan kemudian di Liga 1 bersama Perseru tahun lalu,” tuturnya.
Setelah dari Perseru di ujung timur Indonesia, Putu Gede pun menerima pinangan Babel United pada tahun ini dan ingin membawa klub tersebut promosi ke Liga 1. Pria yang dulunya memiliki umpan-umpan ciamik ini juga memiliki harapan tersendiri dengan sepak bola Indonesia pada masa mendatang.
“Harapan saya untuk sepak bola Indonesia yakni harus memiliki pondasi yang kuat di akar rumput. Saya kecewa dengan klub yang ingin instan dan contohnya di Liga 2 tahun ini banyak pemain yang seharusnya sudah pensiun namun masih main. Itu tanda-tanda pembinaan sangat minim,” pungkasnya.
Semoga harapan salah satu legenda hidup sepak bola ini terwujud dan Indonesia bisa berjaya di masa mendatang dengan pembinaan yang telah dibangun dari sekarang.