INDOSPORT.COM – Ribuan pekerja buruh Piala Dunia Qatar 2022 melakukan demo besar-besaran pada akhir pekan lalu, lantaran korban tewas meningkat dan merasa tak dimanusiakan oleh pemerintah Qatar.
Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para buruh kontruksi tersebut merupakan bagian dari protes yang dilakukan lantaran upah yang tak sesuai dengan resiko bahaya yang dihadapi termasuk kematian.
Diketahui para buruh tersebut menerima upah sebesar 1 dolar AS (Rp14,200) per jam. Namun kompensasi upah tersebut sering tertunda, sebagaimana dilansir dari laman The18.
Upah yang minim namun keselamatan pekerja yang sangat tidak terjamin, dengan rata-rata satu pekerja setiap harinya sekarat selama pembangunan stadion. Bahkan sebuah laporan mengatakan bahwa sudah ada korban tewas mencapai 4 ribu orang sejak pembangunan dan renovasi dimulai.
It’s so shameful, Qatar spends a lot of money for corruption and terrorism, but their workers have to suffer. #FIFA should be held responsible for this slavery and high death toll in #Qatar @amnesty @hrw pic.twitter.com/PE2AyeFujx
— Ulli Meyer (@RealthingUlli) August 4, 2019
Para buruh memprotes pemerintah Qatar lantaran banyak pekerja yang terluka parah dan dirawat di rumah sakit setempat. Ada beberapa usulan kenaikan upah oleh pemerintah Qatar sebagai jalan keluar, namun usulan tersebut hanyalah buaian belaka hingga saat ini.
Sejak awal terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 memang telah menuai protes dari berbagai pihak. Terutama adanya kecurigaan korupsi yang dilakukan oleh FIFA dengan menerima suap senilai 400 juta dolar AS (Rp5,6 triliun) untuk membuat Qatar menjadi tuan rumah.
Masalah cuaca panas di Qatar juga sempat menjadi perbincangan karena dianggap bisa membuat para pemain menghadapi resiko kesehatan. Infrastruktur yang dipaksakan dan membahayakan pekerja buruh semakin membuat Qatar dinilai tak siap untuk menjadi tuan rumah turnamen akbar tersebut.