In-depth

Stadion Manahan Solo Jadi Saksi Bisu Kisah Manis Persik Kediri di Liga Champions Asia

Kamis, 29 Agustus 2019 15:41 WIB
Editor: Matheus Elmerio Giovanni
© INDOSPORT
Stadion Manahan Solo jadi saksi bisu kisah manis Persik Kediri di Liga Champions Asia. Copyright: © INDOSPORT
Stadion Manahan Solo jadi saksi bisu kisah manis Persik Kediri di Liga Champions Asia.

INDOSPORT.COM - Stadion Manahan Solo, saksi bisu kisah manis klub sepak bola Liga Indonesia, Persik Kediri di kompetisi tertinggi Asia, Liga Champions Asia tahun 2007 silam.

Stadion Manahan Solo merupakan salah satu stadion yang menyimpan sederet catatan sejarah sepak bola Indonesia. Salah satunya adalah keikutsertaan Persik Kediri di Liga Champions Asia 2007.

Stadion yang kini sedang dalam tahap renovasi, dan diperkirakan akan selesai bulan depan, akan segera menjadi salah satu stadion megah yang dimiliki oleh sepak bola Indonesia.

Setelah direnovasi, Stadion Manahan Solo akan mampu menampung 20.000 penonton. Seluruh tribun stadion akan dipasang kursi tunggal dengan motif Batik Kawung yang menandakan budaya Kota Solo.

Sebelum menyambut rampungnya renovasi Stadion Manahan Solo, INDOSPORT tertarik untuk membahas salah satu sejarah yang tercatatkan di stadion yang sudah berdiri sejak 1998 silam itu.

Mungkin banyak yang lupa tentang kisah heroik Persik Kediri di Stadion Manahan Solo, padahal saat itu mereka menjadi salah satu tim yang mewakili Indonesia di Liga Champions Asia.

Bisa dibilang kisah manis Persik Kediri di Stadion Manahan Solo bermula dari masalah kandang klub yang ternyata tidak lolos dari verifikasi AFC, terutama untuk menggelar pertandingan Liga Champions Asia.

Persik Kediri Sempat Bermasalah Main di Liga Champions Asia 2007

© ANTARA
Pemain Persik Kediri, Danilo Fernando Menghindari Jegalan di Liga Champions Asia Copyright: ANTARAPemain Persik Kediri, Danilo Fernando Menghindari Jegalan di Liga Champions Asia

Kandang Persik Kediri saat itu, yaitu Stadion Brawijaya memang disebut-sebut sangat jauh dari bandara. Oleh karena itu, opsi memakai Stadion Manahan Solo akhirnya diambil oleh Persik Kediri.

"Yang jelas saya pusing dengan kabar pemindahan itu. Saya kasihan dengan suporter yang tidak bisa melihat pertandingan yang menghebohkan di tempatnya sendiri," ucap Iwan Budianto, yang saat itu menjadi manajer Persik Kediri kepada awak media.

Akhirnya mengacu pada peraturan AFC, yang tidak memperkenankan jarak stadion dan bandara lebih dari dua jam, Iwan menjelaskan pihak klub memilih Stadion Manahan Solo untuk mengarungi Liga Champions Asia 2007.

Pindahnya home base ternyata tak membuat para suporter, Persikmania untuk mendukung tim kesayangannya di kancah Liga Champions Asia. Hal ini terlihat dari kisah manis yang ditorehkan oleh Persik.

Persik pun memainkan laga kandang perdananya di Liga Champions Asia pada tanggal 21 Maret 2007 menghadapi Shanghai Shenhua di Stadion Manahan Solo. 

Secara mengejutkan, Shanghai Shenhua yang pada tahun 2006 sebelumnya menjadi runner-up Chinese Super League, harus bertekuk lutut dengan skor tipis 1-0. Gol tunggal Persik dicetak oleh Bertha Yuana Putra di menit ke-71.

Pertandingan selanjutnya juga kembali dimainkan di Stadion Manahan Solo, di mana lawan yang dihadapi oleh Persik Kediri lebih sulit. Yakni wakil dari Australia, Sydney FC, sebuah klub yang pernah dibela Alessandro Del Piero.

Publik pecinta sepak bola Indonesia langsung merasa bangga melihat hasil pertandingan Persik Kediri vs Sydney FC. Dua gol dari Aris Budi Prasetyo dan Budi Sudarsono mampu membuat Persik menang 2-1 atas Sydney FC. 

Menurut situs AFC, jumlah penonton saat Persik vs Sydney FC mencapai sekitar 15 ribu orang yang tentunya suporter Persikmania. Lebih dari setengah kapasitas Stadion Manahan Solo terisi, dari total kapasitas seharusnya, 25 ribu orang.

Di pertandingan terakhir, pada tanggal 9 Mei, Persik Kediri juga berhasil menahan imbang klub raksasa Jepang, Urawa Red Diamonds. Dengan kondisi lapangan yang sebenarnya tergenang air, Urawa pun kesulitan menghadapi permainan Persik yang tentunya sudah terbiasa.

Sempat unggul 2-1, lalu dibalikkan menjadi 3-2 oleh Urawa Red Diamonds, mental baja yang dimiliki Persik Kediri yang bermain di hadapan suporternya sendiri mampu memaksa pertandingan berakhir dengan skor imbang 3-3. 

Namun Persik Kediri harus menerima kenyataan mereka tak mampu lolos ke babak selanjutnya. Mereka hanya mencatat dua kali kemenangan, sekali imbang dan tiga kekalahan, tertinggal tiga poin dari Urawa Red Diamonds di puncak klasemen Grup E Liga Champions Asia 2007 silam.

Meski tak lolos ke babak selanjutnya, Persik Kediri patut berbangga karena mereka menjadi satu-satunya klub sepak bola Indonesia yang tak terkalahkan di laga kandang saat bermain di Liga Champions Asia. 

Stadion Manahan Solo pun pantas mendapat tempat di hati para pecinta Persik, Persikmania karena di stadion tersebut tim kebanggaan mereka menorehkan tinta emas di sejarah sepak bola Indonesia. 

Stadion Manahan Solo telah direnovasi, kini tinggal menantikan kebangkitan Persik Kediri yang baru saja menjuarai Liga 3 2018 dan promosi ke Liga 2 2019.

1