INDOSPORT.COM - Belum menang dalam tiga laga beruntun Liga Inggris musim 2019/20, pelatih Ole Gunnar Solskjaer harus segera ganti taktik Manchester United?
Pada pertandingan teranyarnya di Liga Inggris, Manchester United kembali gagal meraih poin penuh setelah ditahan imbang tuan rumah Southampton dengan skor 1-1.
Bertanding di stadion St Mary's pada Sabtu (31/08/19) lalu, The Red Devils tampil cukup menjanjikan di awal-awal laga bahkan mereka unggul lebih dulu saat pertandingan baru berjalan 10 menit.
Namun memasuki babak kedua permainan Manchester United mulai kedodoran, hingga akhirnya Jannik Vestergaard sukses menyamakan kedudukan lewat sundulan menit ke-58.
Skor 1-1 bertahan hingga akhir pertandingan, dan Manchester United kembali gagal meraih kemenangan untuk ketiga kalinya musim ini. Sebelumnya mereka juga bermain imbang atas Wolverhampton dan kalah dari Crystal Palace.
Melihat dari tiga catatan pertandingan sebelumnya, pelatih Ole Gunnar Solskjaer tampak sudah harus mengganti taktik yang ia pakai saat ini lantaran formasi yang ia digunakan itu tak sejalan dengan tipikal pemain Manchester United.
Hingga memasuki pekan keempat, Ole selalu menggunakan taktik 4-2-3-1 dengan memaksakan Marcus Rashford sebagai penyerang tunggal dan berharap bisa terus mencetak gol.
Harapan tersebut sempat terealisasi di awal pertandingan pekan pertama Liga Inggris kontra Chelsea, dalam laga tersebut Marcus Rashford sukses mencetak dua gol dan membawa The Red Devils menang 4-0.
Namun sayang saat laga kontra Chelsea kemarin pemain berusia 21 tahun ini diplot sebagai pemain sayap, dan ketika menjadi penyerang tunggal dirinya tak bisa maksimal bahkan sulit berkontribusi bagi tim.
Andai Ole mau merubah taktiknya dan tidak memaksakan satu penyerang sebagai ujung tombak, mungkin nasib Manchester United bisa berubah di pekan selanjutnya.
Taktik lama ala Sir Alex Ferguson yakni 4-4-2, mungkin bisa cocok dan dapat mengembalikan kejayaan Manchester United seperti era 10 atau 20 tahun silam.
Taktik 4-4-2 memang merupakan formasi usang yang mudah dibaca oleh tim Liga Inggris, namun jika melihat kondisi tim serta pengalaman Ole saat dilatih Ferguson dengan taktik ini, formasi jadul tersebut sangat layak bagi Manchester United.
Jangan lupa, taktik 4-4-2 ini yang menghantarkan Leicester City sebagai juara Liga Inggris musim 2015/16 silam. Taktik ini pula yang bisa mengalahkan Manchester City dua kali, tim bertabur bintang yang pernah dilatih oleh Pep Guardiola serta Manuel Pellegrini.
Dengan menggunakan formasi dua penyerang, agresivitas serangan Manchester United bisa lebih meningkat dan para pemain sayap dapat bervariasi dalam memberikan umpan silang.
Jika menggunakan satu penyerang, Rashford sebagai ujung tombak masih sulit melakukan untuk memenangkan duel udara, dan ketika umpan silang mendatar diberikan sang pemain masih sering telat menyambut umpan tersebut.
Namun dengan dua penyerang, Rashford yang bernaluri Deep-lying forward atau pemain yang cenderung turun ke area lebih dalam untuk menahan bola dan memberikannya kepada para pemain lain, dapat leluasa memancing pemain belakang lawan dan memberikan ruang bagi para winger atau Target man dalam mencetak gol.
Duet Rashford dan Anthony Martial merupakan pasangan yang pas untuk taktik ini, Rashford bakal bergerak bebas untuk memecah konsentrasi pemain belakang lawan, sedangkan Martial bisa memaksa masuk kotak penalti sembari menanti umpan lambung atau through pass dari lini kedua.
Anthony Martial yang bertipe Advanced forward sangat cocok jika digabungkan dengan tipikal Deep-lying forward macam Rashford, terbutki dalam 90 laga bersama Manchester United penyeranga asal Prancis ini mampu mencetak 23 gol dan memberi 15 asis saat berposisi sebagai penyerang utama.
Namun untuk mensukseskan taktik 4-4-2, Ole harus punya wingback serta winger yang lincah dan cepat dalam melakukan serangan balik, terutama memberikan umpan silang akurat agar dua penyerang bisa memaksimalkannya menjadi gol.
Manchester United pun punya kriteria yang pas untuk pemain di posisi tersebut, meski tak sehebat Ryan Giggs ataupun David Beckham namun setidaknya mampu memberikan perubahan bagi permainan The Red Devils.
Kedatangan Daniel James merupakan anugerah terbesar Mancheter United musim ini, terbukti dari empat laga ia mampu mencetak tiga gol. Namun dalam taktik 4-4-2, permainan Daniel James harus diubah menjadi Support Duty, yakni wingers yang selalu berusaha melewati pemain lawan untuk memberikan crossing langsung, bukan melepaskan sepakan keras dari luar kotak penalti.
Sementara di posisi wingback, peran Aaron Wan-Bissaka sebagai Attack Duty yang selalu bergerak ke depan dan melakukan overlap guna memberi support serangan dari sayap sangatlah sempurna. Mungkin Ashley Young yang harusnya diganti Luke Shaw, agar serangan dari sayap lebih agresif.
Kunci terakhir dalam suksesnya takik 4-4-2 adalah gelandang, bahkan selama Ferguson menjadi pelatih sangat jarang ia mengganti dua gelandangnya. Tercatat hanya ada nama Paul Scholes, Michael Carrick, Park Ji-sung, dan Darren Fletcher yang terus menghiasi line up Manchester United.
Gelandang pekerja keras serta agresif sangat dibutuhkan dalam taktik ini, dan duet Pogba-Scott McTominay jadi yang paling pas. Scott McTominay akan menjadi Box-to-box Midfielder Defend Duty, tugasanya menempel ketat gelandang serang lawan dan membantu pertahanan secara penuh, namun sesekali ikut menyerang dengan memberikan umpan jauh.
Sementara Paul Pogba bisa kembali menjadi bintang dengan menempati posisi saat di Juventus, yakni Advanced Playmaker atau Central Midfielders, gelandang yang berusaha mencari celah di antara pemain tengah dan dan bek lawan serta membuat diriya bebas agar dapat diberikan operan oleh rekan setimnya.
Itulah tadi analisis taktik yang mungkin bisa digunakan Ole bersama Manchester United di sisa musim 2019/20, dengan kompetisi yang masih berjalan panjang patut dinanti perubahan apa yang bakal dilakukan Ole Gunnar Solskjaer bersama The Red Devils.