INDOSPORT.COM – Sosok Edy Paryono menjadi salah satu penanda sejarah bagi PSIS Semarang di kancah sepak bola Indonesia. Betapa tidak, pelatih berumur 65 tahun ini merupakan sosok juru taktik Laskar Mahesa Jenar yang berhasil membawa klub tersebut juara tahun 1999 di era Liga Indonesia.
Hingga saat ini, capaian Edy Paryono belum bisa ditandingi oleh pelatih PSIS siapapun. Setelah eranya, praktis hanya Bonggo Pribadi yang berhasil membawa klub asal ibu kota Jawa Tengah ini mencapai final Liga Indonesia, itupun harus berakhir dengan gelar runner up setelah dikalahkan Persik Kediri pada final Liga Indonesia tahun 2006.
Edy Paryono sendiri merupakan putra asli Kota Semarang dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap sepak bola di kota yang identik dengan Lawang Sewunya ini. Bahkan, ia pun bercerita betapa bangganya berhasil membawa klub daerahnya ini meraih gelar juara liga.
“Itu momen yang tidak pernah saya lupakan sepanjang sejarah hidup saya, sebuah mimpi sejak masa kecil dan berhasil saya lakukan di tahun 1999, betapa bangganya saat itu,” ujar Edy Paryono kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Ketika itu, PSIS memang berhasil menjadi juara liga setelah di partai puncak berhasil mengalahkan Persebaya Surabaya dengan skor tipis 1-0 melalui gol yang dicetak Tugiyo pada menit ke-89. Pertandingan sendiri dilaksanakan di Stadion Klabat, Manado, (9/4/1999).
Edy juga bercerita sensasi bermain dalam final yang digelar jauh dari Kota Semarang.
“Ketika itu, di stadion banyak sekali spanduk Persebaya, saya hanya tekankan ke anak-anak untuk fokus saja menghadapi pertandingan dan sangat bersyukur hasilnya sesuai dengan yang kami inginkan,” ujarnya.
“Saya saat itu juga mengapresiasi beberapa suporter yang asli dari Semarang rela jauh-jauh ke Manado untuk mendukung langsung PSIS,” kenang pelatih yang juga pernah melatih Persik Kediri ini.
Ia pun berharap catatan manis yang timnya bikin saat itu berhasil diulang oleh PSIS pada era sekarang. Sebagai putra daerah, ia ingin tim kebanggaannya tersebut kembali mengukir prestasi di kancah tertinggi sepak bola Indonesia.
Bahkan hingga saat ini, sosok Edy Paryono ternyata tetap memantau perkembangan klub kebanggaan Panser Biru dan Snex ini melalui layar kaca.
“Kesibukan saya sekarang sebenarnya momong cucu karena sudah punya enam cucu, tetap saya tidak bisa jauh dari sepak bola, saya tetap menonton PSIS bermain dan ikut senang saat mereka menang,” ujarnya.
Edy sendiri saat ini tengah menikmati masa tua di rumahnya yang terletak di Mijen, Kota Semarang. Ia memang ingin santai terlebih dahulu sembari memandang cucunya yang semakin tumbuh dan berkembang.
Namun, pria yang juga pernah menjadi asisten pelatih Peter Withe dan Ivan Kolev di Timnas ini masih memiliki hasrat tersendiri terharap PSIS. Ia ingin Laskar Mahesa Jenar memaksimalkan potensi sepak bola yang ada di Semarang dan sekitarnya.
“Saya sebenarnya masih ingin melihat PSIS memaksimalkan putra daerah, betapa banyaknya pemain dan pelatih di Jawa Tengah ini yang memiliki potensi luar biasa,” harap Edy.
Tetapi, ia tetap mendoakan supaya PSIS bisa beprestasi tahun ini dengan bagaimanapun kondisinya.
“Semua orang Semarang pasti ingin tim ini berprestasi, saat ini ayo bersama dicari masalahnya apa, solusinya apa,” tukasnya.
Edy Paryono berharap suatu saat nanti PSIS Semarang kembali berprestasi dan mengulang sejarah yang pernah ia dibuat pada tahun 1999 yakni menjadi juara kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia.