INDOSPORT.COM - Panpel Persik Kediri menempuh tindakan lebih persuasif, dan unik dengan menggunakan bahasa jawa saat memberikan peringatab kepada suporter agar tidak menyanyikan lagu-lagu bernada rasisme maupun ujaran kebencian. Hal tersebut dapat dilihat saat pertandingan pekan ke-15 Liga 2 2019 melawan Persis Solo.
Suporter Persis Solo yang semula tidak dibolehkan hadir di stadion Brawijaya, ternyata tidak terlaksana. Pendukung asal Solo itu tetap hadir menyaksikan perjuangan tim idolanya bertanding melawan Persik, namun mencopot segala macam atribut khas berwarna merahnya.
Mulanya, nyanyian mereka terdengar merdu dengan saling sahut-sahutan bersama Persik Mania. Namun, beberapa kali mereka menyelipkan kata-kata hinaan dan bernada kebencian di akhir lagu.
Panpel Persik pun tidak tinggal diam. Yang berbeda, peringatan yang mereka lontarkan tidak dengan bernada keras dan menyeru, namun lebih persuasif dengan penuh kearifan lokal.
"Mohon untuk dulur-dulur suporter Solo dan Persik Mania, mboten angsal (tidak boleh) nyanyi-nyanyi rasis lagi nggih (ya)," ujar Ketua Panpel Persik Kediri, Widodo Hunter melalui pengeras suara.
"Kami sampun (sudah) kena denda Rp 50 juta dari yang sebelumnya. Monggo nyanyi maleh, tapi mboten enten rasis e (silakan bernyanyi lagi, tapi tidak ada rasisnya lagi)," sambung dia dengan Bahasa Kromo, struktur bahasa yang halus di Jawa.