INDOSPORT.COM – Banyaknya laga yang ditunda membuat gelaran kasta tertinggi sepak bola dalam negeri, Liga 1, terancam molor melebihi kalender 2019.
Sejumlah laga di pekan ke-22 mengalami penundaan akibat maraknya aksi unjuk rasa menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK di berbagai wilayah kota besar.
Pertandingan antara Persija Jakarta vs Persela Lamongan dan Persebaya Surabaya vs Borneo FC, Rabu (2/10/19), telah dipastikan mengalami penundaan.
Pekan sebelumnya, laga Persib Bandung vs Arema FC, Sabtu (28/9/19), juga dimundurkan akibat tidak terbitnya izin dari pihak keamanan.
Kata ‘penundaan’ seolah telah lumrah terdengar di telinga pecinta sepak bola Indonesia. Pertandingan Liga 1 telah berulang kali mengalami penundaan akibat beberapa alasan, salah satunya agenda politik.
Jadwal Liga 1 sempat kacau akibat rangkaian pemilu di bulan April hingga Mei. Penyesuaian jadwal Piala Indonesia dan libur Lebaran juga tidak kalah membuat sejumlah tim terpaksa menumpuk laga tunda.
Di sisi lain, PT Liga Indonesia Baru juga harus mengosongkan jadwal kompetisi untuk mengakomodasi agenda timnas Indonesia. Jika tidak, klub-klub nantinya yang akan protes.
Memasuki bulan Oktober, Liga 1 masih menyisakan 13 pekan tersisa, itu pun masih belum termasuk sejumlah laga tunda yang belum terbayarkan.
Melihat banyaknya tabungan laga tunda yang ada, Liga 1 terancam belum rampung sebelum tutup kalender 2019. Artinya, waktu kompetisi bisa jadi bersambung hingga awal tahun 2020.
Hal ini mengingatkan kita pada Liga Indonesia musim 2007/08. Kompetisi yang dijuarai Sriwijaya FC itu benar-benar bergulir setahun, dari 10 Februari 2007 hingga 10 Februari 2008.
Indonesia yang bertindak selaku tuan rumah Piala Asia 2007 tentu harus meliburkan kompetisi sepanjang bulan Juli. Di waktu yang bersamaan, PON XVII juga dihelat di Kalimantan Timur.
Di akhir tahun, timnas Indonesia kembali disibukkan dengan agenda SEA Games di Thailand. Hingga akhirnya, liga harus ditunda dan berakhir tepat setahun.
Akibat dari molornya jadwal liga saat itu, PSSI tidak bisa mengirim wakil ke Liga Champions Asia. PSSI sempat mengusulkan Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura sebagai juara grup sementara masing-masing wilayah, tetapi AFC menolak.
Pengalaman pahit tersebut tentu harus menjadi perhatian bagi operator kompetisi dan induk tertinggi sepak bola Tanah Air. Jangan sampai prestasi mana lagi yang harus dikorbankan demi kesalahan yang terus berulang.