INDOSPORT.COM – Final Perserikatan 1993-94 antara Persib Bandung vs PSM Makassar di Gelora Bung Karno, Senayan, 13 April 1994, berakhir dengan ricuh.
Kerusuhan yang terjadi seolah menjadi bumbu pahit edisi terakhir Perserikatan sebelum melebur dengan Galatama menjadi Liga Indonesia.
Final Persib Bandung vs PSM Makassar terbilang panas sebab keduanya punya sejarah panjang di era Perserikatan. Terlebih lagi, di edisi sebelumnya, Persib takluk dari PSM di semifinal musim 1991-92.
Sebelum 1994, Persib dan PSM terakhir kali berjumpa di final pada tahun 1966. Kondisi saat itu sedang tidak kondusif setelah peristiwa G 30 S sehingga laga final harus dipindahkan ke Medan dan Persib gagal juara.
Pendukung Persib berbondong-bondong ke Senayan menggunakan bus. Armada yang berangkat memang sedikit berkurang akibat bertepatan dengan musim haji sehingga sudah banyak bus yang dicarter rombongan haji.
Sekitar 60.000 orang akhirnya berangkat, berjumpa dengan suporter PSM di Senayan. Pertandingan berlangsung sengit, Persib yang dilatih Indra Tohir beradu strategi dengan Juku Eja sebagai penguasa Wilayah Timur.
Ketika wasit I Made Sudra meniup peluit, Persib langsung gencar melancarkan serangan. Gol yang ditunggu pendukung Persib hadir di menit ke-26 melalui sepakan keras Yudi Guntara.
Persib mengunci gelar juara lewat gol Sutiono Lamso di menit ke-71. Maung Bandung menang 2-0, Gubernur Jawa Barat saat itu, Nuriana, ikut turun untuk merasakan euforia.
Namun sayangnya, kerusuhan pecah setelah itu yang melibatkan pendukung Persib dan PSM. Dikutip dari buku Persib Undercover oleh Aqwam Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana, Susy Susanti bahkan turut menjadi korban kerusuhan.
Kerusuhan menjalar hingga ke jalanan pusat ibu kota daerah Jalan Sudirman. Susy yang sedang berada di jalan bersama Alan Budikusuma setelah pulang makan malam di daerah Blok M mendapat serangan dari oknum suporter.
Mobil kedua pebulu tangkis peraih emas Olimpiade 1992 yang berplat D itu diserang hingga kaca depannya pecah dan body mobil mengalami peyok.
Akibatnya, Susy mengalami cedera robek di siku tangan kanannya. Kejadian itu membuat jadwal latihan tim Piala Uber Indonesia terganggu.
Susy langsung mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Angkatan Laut. Beruntung, Alan tidak mengalami luka serius meski wajahnya terkena pecahan kaca mobil.
Setelah kejadian itu, Susy dan Alan masih bisa bertanding. Gelar juara Piala Thomas dan Uber 1994 berhasil mereka kawinkan. Untung saja, peristiwa kerusahan final Perserikatan tidak membuat mereka cedera parah.