INDOSPORT.COM - Sempat terpuruk di awal kepelatihannya di Liverpool, Jurgen Klopp perlahan mulai mewujudkan mimpi The Reds menjadi klub terbaik di dataran Inggris dan Eropa.
Tepat hari ini empat tahun lalu, Jurgen Klopp bergabung sebagai pelatih kepala Liverpool. Pada 8 Oktober 2015, Klopp menyetujui kontrak tiga tahun untuk menjadi manajer The Reds, menggantikan Brendan Rodgers.
Proses penunjukkan Klopp terbilang unik. Menurut El País, pemilik bersama Liverpool, John W. Henry, tidak mempercayai pendapat publik dalam pemilihan pelatih.
Maka dari itu, ia menggunakan metode perhitungan matematika, persis yang ia pakai di Boston Red Sox dalam membimbing mereka meraih tiga kemenangan Seri Dunia.
Seorang fisikawan Cambridge, Ian Graham, diminta John W. Henry untuk mencari manajer yang bisa membawa Liverpool memenangi Liga Champions Eropa dan Klopp-lah orang yang terpilih.
Tentunya kita mengetahui akhir cerita itu. Klopp benar-benar berhasil menjuarai Liga Champions pada musim lalu.
Jatuh Bangun Klopp si Jenius dari Jerman
Jurgen Klopp mengawali karier kepelatihanya di klub yang ia bela semasa jadi pemain, Mainz 05. Klopp berhasil membawa klub itu promosi ke Bundesliga untuk pertama kalinya.
Setelah tujuh tahun melatih Mainz 05, ia mendapatkan kesempatan membesut salah satu klub penting di Jerman, Borussia Dortmund.
Klopp datang ke Dortmund pada musim 2008-2009 ketika klub sedang dalam kondisi terpuruk. Di musim pertamanya, ia membawa tim ke posisi enam klasemen.
Klopp menjadi pembicaraan di Jerman usai mampu mematahkan dominasi Munchen. Bersama Dier Borussen, ia merengkuh dua gelar Bundesliga, satu Piala Jerman, satu Piala Super Jerman, dan runner-up Liga Champions.
Usai tujuh musim di Dortmund, ia akhirnya pindah ke Inggris melatih Liverpool pada 2015. Sama seperti saat di Jerman, Klopp datang ke Liverpool ketika kondisi tim tengah tidak ideal.
Dengan skuat yang masih dalam pembentukan, Liverpool cuma dibawa ke posisi delapan klasemen akhir musim 2015/16. Namun, hal itu tak membuat manajemen ragu untuk memperpanjang kontraknya sampai 2022.
Keputusan manajemen terbukti tepat saat tangan dingin Klopp berhasil membawa Liverpool ke empat besar klasemen akhir musim 2016/17 yang artinya mereka lolos ke Liga Champions setelah absen selama dua musim.
Kejayaan Eropa
Liverpool bersama Klopp semakin kuat pada musim 2017/18 berkat kedatangan bintang-bintang baru. Mohamed Salah dari AS Roma sukses dibawa ke Anfield disusul oleh salah satu bek termahal dunia, Virgil van Dijk, dari Southampton.
Kepergian Coutinho ke Barcelona pun seperti tak berpengaruh apa-apa. Dengan mengandalkan trio Sadio Mane, Mohamed Salah, Roberto Firmino, serta diukung oleh pemain-pemain seperti Van Dijk, Jordan Henderson, Andrew Robertson, dan Trent Alexander-Arnold, The Reds secara sensasional berhasil menembus final Liga Champions 2017/18.
Sayang di partai final itu Liverpool harus mengakui keunggulan Real Madrid 3-1 pada malam yang akhirnya 'mengorbitkan' nama kiper Loris Karius.
Di musim yang sama, Liverpool mempertahankan posisi empat besar liga dan kembali main di Liga Champions musim depan.
Demi menggapai target utama yang sebelumnya direbut Real Madrid, Klopp belanja besar-besaran di musim panas 2018.
Klopp mendatangkan nama-nama penting termasuk Naby Keita, Fabinho, Xherdan Shaqiri, dan kiper termahal dunia, Alisson Becker.
Penguatan skuat ini terbilang sangat efektif. Pada musim 2018/19, Liverpool kembali menembus final Liga Champions lewat comeback tak terlupakan atas Barcelona di semifinal.
Kali ini Klopp tak mengulangi kegagalannya. Liverpool sukses menjadi jawara Eropa usai mengalahkan Tottenham Hotspur di partai final.
Semua mata pun tertuju pada Klopp si jenius dari Jerman. Kesuksesan ini diikuti dengan raihan trofi Piala Super Eropa beberapa minggu kemudian.
Patahkan Rekor 30 Tahun
Ada satu hal yang selalu diimpikan para fans Liverpool, yakni melihat timnya merengkuh gelar liga. Berstatus sebagai klub tersukses kedua di Liga Inggris, Liverpool terakhir juara liga pada musim 1989/90.
Impian itu hampir saja terwujud pada musim lalu saat memimpin tujuh poin atas Man City.
Sayang, hasil minor menjelang akhir liga membuat mereka mesti merelakan gelar ke tangan City dalam salah satu persaingan paling ketat di sejarah Liga Primer. Mengumpulkan 97 poin, The Reds tetap gagal menjuarai liga.
Kini, asa itu kembali membumbung. Di musim 2019/20 ini atau hampir 30 tahun saat Liverpool menjuarai Liga Inggris terakhirnya, klub kembali berpeluang besar untuk juara.
Hingga pekan ke-8, Salah dkk memuncaki klasemen dengan raihan 24 poin hasil sapu bersih delapan kemenangan.
Liverpool pun sudah berselisih delapan angka dari pesaing terdekatnya, Manchester City, yang cuma mengumpulkan 16 poin di peringkat kedua.
Sama seperti saat memperbaiki kegagalannya di Eropa, Jurgen Klopp pun tentunya tidak mau mengulangi kegagalannya menjaurai liga seperti musim lalu.
Selisih delapan poin menjadi modal besar baginya dan Liverpool untuk meraih mimpi terbesar dan terliar tim besutan Jurgen Klopp untuk menjuarai liga yang sudah hampir 30 tahun tak mereka rasakan.