INDOSPORT.COM – Nama pelatih PSS Sleman, Seto Nurdiantoro mulai diperbincangkan untuk menggantikan tugas Simon McMenemy di kursi kepelatihan Timnas Indonesia.
Karena saat ini nasib Simon sendiri tengah berada di ujung tanduk setelah menelan tiga kekalahan beruntun di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.
Seperti yang diketahui, Timnas Indonesia selalu tumbang dalam tiga laga awal Grup G saat berhadapan dengan Malaysia (2-3), Thailand (0-3), dan Uni Emirat Arab (0-5).
Hasil minor itu membuat Tim Garuda menjadi juru kunci di Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022. Timnas Indonesia juga menjadi tim yang paling banyak kebobolan di Grup G dengan total 11 gol.
Hasil ini tentunya membuat Timnas Indonesia harus mengantongi kemenangan di laga melawan Vietnam nanti. Jika tidak, maka Tim Garuda bakal sulit melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2022.
"Kalau lawan Vietnam tidak ada perkembangan, ya Simon harus out. Seharusnya (keputusan mundur) itu setelah kalah dari Thailand dulu," ucap Justin dalam diskusi bersama Binder Singh di channel @jebreeetmedia TV.
"Seto itu saya baru lihat pelatih yang bermain sesuai dengan kapasitas pemain kita. Sepanjang saya nonton Liga 1, Seto itu paling cocok untuk melatih Timnas dan saya berharap dia diberi kesempatan," lanjut Direktur Teknik Timnas Futsal itu.
Lalu apakah Seto benar-benar layak menahkodai Timnas Indonesia di masa mendatang? Berikut INDOSPORT mencoba untuk merangkum perjalanan berliku Seto saat menjadi pelatih.
Perjalanan Karier Pelatih Seto Nurdiantoro
Seto sendiri memulai karier kepelatihan bersama klub kasta bawah Liga Indonesia, PSIM Yogyakarta. Akan tetapi namanya mulai dikenal setelah menukangi PSS Sleman.
Pelatih yang saat ini sudah berusia 45 tahun tersebut berhasil membawa PSS Sleman menjadi runner-up di ISC B 2016. Saat itu PSS harus tumbang 3-4 dari PSCS Cilacap di partai puncak.
Pada Liga 2 2017, Seto juga berperan saat membantu PSS menjadi pemimpin klasemen Grup 3. Akan tetapi saat itu dirinya bertugas sebagai asisten pelatih.
Ketika mengarungi kompetisi Liga 2 2018, Seto juga lebih dulu memulai musim dengan asisten pelatih Herry Kiswanto. Barulah pada akhir Mei 2018, dirinya mengambil alih tongkat pelatih kepala PSS.
Setelah menjadi pelatih kepala, Seto pun berhasil membawa PSS promosi ke kasta teratas sepak bola Indonesia. Seto mampu mengalahkan Semen Padang 2-0 di partai final Liga 2 2018.
Ketika tampil di Liga 1 2019, PSS yang berjuang dengan skuat seadanya justru menjadi tim kuda hitam. Itu terjadi ketika Super Elang Jawa masih bertengger di peringkat ke-7 Liga 1 2019.
“Tim kami dengan skuat yang tidak mewah, tapi harapannya mereka punya motivasi besar untuk menang,” ujar Seto kepada INDOSPORT beberapa waktu lalu.
PSS bertarung di Liga 1 2019 dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kualitas skuat pasti berpengaruh, tapi kalau tim ini kompak dan mau kerja harapan itu akan bisa tercapai,” lanjutnya.
Super Elang Jawa menjadi tim promosi yang paling mentereng pada musim ini. Mereka sukses mengumpulkan 8 kemenangan, 8 hasil imbang, dan hanya menelan kekalahan 6 kali.
Melihat catatan tersebut, Seto memang cukup cocok untuk kapasitas pemain lokal. Itu selaras dengan apa yang diungkapkan Justin.
Layak atau tidaknya Seto untuk menangani Timnas Indonesia, sesudah atau di pertengahan Kualifikasi Piala Dunia 2022, baru akan terjawab ketika PSSI benar-benar menunjuknya sebagai pengganti Simon.